Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya untuk membantu pemerintah dalam memulihkan industri pariwisata di tengah pandemi COVID-19. Beberapa cara yang telah dilakukan ialah melakukan sosialisasi terkait penerapan protokol CHSE (Clean, Health, Safety & Environment) hingga menyampaikan informasi ke publik terkait program yang dilakukan untuk penanganan COVID-19.
Bentuk sosialisasi yang dilakukan berupa diskusi serta webinar yang dapat diakses oleh masyarakat umum secara gratis melalui media sosial milik Kemenparekraf. Salah satu webinar yang baru saja diadakan bertema “Strategi Pemulihan ‘Bounce Back Quickly’ Pariwisata di Masa Pandemi” dengan narasumber dari berbagai kalangan. Webinar ini diisi oleh pembicara dari Kemenparekraf, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dokter spesialis, dan juga influencer ternama.
“Protokol CHSE memang menjadi payung kita saat ini untuk menangani COVID-19. Oleh karena itu, kita harus konsisten dan gencar melakukan follow up terkait hal tersebut dengan berbagai webinar, salah satunya ini,” kata Agustini Rahayu, Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf.
Pada kesempatan kali ini, Kemenparekraf mengundang dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, Dirga Sakti Rambe, sebagai salah satu pembicara. Menurut Dirga, peran protokol CHSE sangat penting diketahui dan dilakukan masyarakat luas untuk membantu pemerintah dalam menangani COVID-19. Apalagi, saat ini Kemenparekraf tengah berupaya untuk membangun kembali bisnis pariwisata di Indonesia.
“Untuk membangun pariwisata kita kembali, yang paling dibutuhkan ialah membangun kepercayaan publik dengan protokol kesehatan yang ketat di seluruh bidang. Aturan-aturan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan dan rekomendasi umum harus diterapkan, seperti memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak, dan tidak bepergian saat sakit,” jelas Dirga.
Dirga menambahkan, dalam membangun kepercayaan terhadap masyarakat dibutuhkan usaha yang besar agar dapat mencapai satu tujuan yang sama. Menurutnya, ada enam pendekatan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai hal tersebut, yaitu:
1. Mengintegrasikan indikator epidemiologi dalam pariwisata
Epidemiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk memetakan pola penyebaran COVID-19.
2. Mengimplementasikan protokol kesehatan dan keselamatan yang ketat di semua tempat
“Masyarakat diminta untuk melakukan protokol dengan sungguh-sungguh mulai dari keluar rumah, di tempat tujuan, hingga balik lagi ke rumah,” ujarnya.
3. Memastikan keselamatan dan keamanan selama pandemi
Dalam konteks pariwisata, keamanan kesehatan yang harus dilindungi ada tiga pihak, yakni dari segi pelancong, para pekerja pariwisata, dan juga masyarakat sekitar. Pasalnya, di industri pariwisata terdapat banyak pihak yang terlibat sehingga harus benar-benar diperhatikan protokolnya agar tidak tertular atau menularkan satu sama lain.
4. Komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat
Dirga mengakui, keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi protokol CHSE masih kurang mendalam. Oleh karena itu, pemerintah dan stakeholder terkait lainnya harus aktif berkomunikasi dengan masyarakat tentang risiko penularan COVID-19 secara proporsional.
5. Memanfaatkan inovasi dan digital
“Di era seperti ini, kita dipaksa untuk beralih ke serba digital dan serba touchless. Sekarang, kita tidak mau lagi memegang sesuatu di tempat umum dengan tangan, makanya dibutuhkan bantuan teknologi ini,” ucapnya lagi.
6. Kolaborasi yang baik
Kunci utama sebuah keberhasilan ialah kolaborasi antar-pihak terkait, seperti yang dilakukan dalam webinar ini. Tujuannya ialah untuk menjangkau masyarakat dan pelaku parekraf yang lebih luas lagi.
KOMENTAR
0