Hermawan Kartajaya Minta Pelaku Pariwisata Surviving dan Preparing

Wednesday, 08 April 20 Bonita Ningsih
Kode Etik Pariwisata
Wisatawan asing mengenakan kain bali saat mengunjungi pura di Pura Luhur, Uluwatu, Bali.

Pandemi virus corona membuat banyak bisnis menurun, tak terkecuali di industri pariwisata. Banyak pihak terkait industri pariwisata yang terkena imbasnya, seperti hotel, restoran, EO, travel agent, UKM, supply chain pariwisata, hingga usaha pariwisata lainnya yang jumlahnya besar.

Banyak hotel di daerah-daerah pariwisata yang saat ini sepi pengunjung. Tidak ada wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke daerah destinasi wisata tersebut. Mereka lebih memilih tinggal di rumah masing-masing hingga pandemi ini selesai. Akibatnya, banyak sektor ekonomi di sekitar destinasi pun tidak bergerak.

Melihat hal tersebut, Founder & Chairman MarkPlus Tourism, Hermawan Kartajaya, mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk tetap optimistis dengan bisnisnya, terutama setelah pandemi ini berakhir. Pasalnya, ia meyakini bahwa setelah situasi ini pulih kembali, akan banyak turis yang melakukan perjalanan wisata di berbagai daerah.

"Yakinlah setelah semua berakhir, turis akan jalan-jalan lagi. Balas dendam setelah berbulan-bulan di rumah atau istilahnya revenge tourism. Pada saat itulah pelaku pariwisata harus memanfaatkannya,” ujar Hermawan.

Untuk menghadapi situasi seperti ini, Hermawan mengimbau agar pelaku pariwisata melakukan tiga hal berupa SPA, yakni Surviving/Servicing, Preparing, dan Actualizing. Hermawan menjelaskan, Surviving/Servicing melambangkan kondisi bisnis yang terjadi saat pandemi ini berlangsung. Ada bisnis yang mengalami penurunan dan ada juga bisnis yang mengalami kenaikan.

“Buat pariwisata memang paling berat ya, penerbangan ditutup, lockdown di mana-mana. Tetapi, di situasi seperti ini ada juga beberapa bisnis yang memang maju. Itu yang harus diperhatikan,” ungkapnya lagi.

Bagi pelaku bisnis yang saat ini mengalami kerugian, Hermawan menyarankan agar mereka tetap surviving. Sementara bagi pelaku usaha yang tumbuh di situasi seperti ini, diharuskan untuk servicing dengan cara memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumennya.

“Buat yang bisnisnya lagi growing, tetap mengedepankan servicing. Jangan dinikmati saja, karena growing dalam bisnis itu tidak akan jalan terus. Kalau tidak memberikan servicing, ya bisa bangkrut juga nantinya,” kata Hermawan.

Langkah kedua yang harus dilakukan agar bisnis tetap bertahan hingga pandemi ini berakhir ialah dengan melakukan Preparing. Hermawan mengajak seluruh pelaku usaha, khususnya pariwisata, menjaga cashflow dan manfaatkan pemasukan yang masih ada, sambil mempersiapkan bisnis setelah COVID-19 selesai.

Halaman : 12

Pandemi virus corona membuat banyak bisnis menurun, tak terkecuali di industri pariwisata. Banyak pihak terkait industri pariwisata yang terkena imbasnya, seperti hotel, restoran, EO, travel agent, UKM, supply chain pariwisata, hingga usaha pariwisata lainnya yang jumlahnya besar.

Banyak hotel di daerah-daerah pariwisata yang saat ini sepi pengunjung. Tidak ada wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke daerah destinasi wisata tersebut. Mereka lebih memilih tinggal di rumah masing-masing hingga pandemi ini selesai. Akibatnya, banyak sektor ekonomi di sekitar destinasi pun tidak bergerak.

Melihat hal tersebut, Founder & Chairman MarkPlus Tourism, Hermawan Kartajaya, mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk tetap optimistis dengan bisnisnya, terutama setelah pandemi ini berakhir. Pasalnya, ia meyakini bahwa setelah situasi ini pulih kembali, akan banyak turis yang melakukan perjalanan wisata di berbagai daerah.

BACA JUGA:   Ketika Bumi Sriwijaya Bertumpu pada MICE

“Yakinlah setelah semua berakhir, turis akan jalan-jalan lagi. Balas dendam setelah berbulan-bulan di rumah atau istilahnya revenge tourism. Pada saat itulah pelaku pariwisata harus memanfaatkannya,” ujar Hermawan.

Untuk menghadapi situasi seperti ini, Hermawan mengimbau agar pelaku pariwisata melakukan tiga hal berupa SPA, yakni Surviving/Servicing, Preparing, dan Actualizing. Hermawan menjelaskan, Surviving/Servicing melambangkan kondisi bisnis yang terjadi saat pandemi ini berlangsung. Ada bisnis yang mengalami penurunan dan ada juga bisnis yang mengalami kenaikan.

BACA JUGA:   10 Kode Etik Pariwisata Global

“Buat pariwisata memang paling berat ya, penerbangan ditutup, lockdown di mana-mana. Tetapi, di situasi seperti ini ada juga beberapa bisnis yang memang maju. Itu yang harus diperhatikan,” ungkapnya lagi.

Bagi pelaku bisnis yang saat ini mengalami kerugian, Hermawan menyarankan agar mereka tetap surviving. Sementara bagi pelaku usaha yang tumbuh di situasi seperti ini, diharuskan untuk servicing dengan cara memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumennya.

“Buat yang bisnisnya lagi growing, tetap mengedepankan servicing. Jangan dinikmati saja, karena growing dalam bisnis itu tidak akan jalan terus. Kalau tidak memberikan servicing, ya bisa bangkrut juga nantinya,” kata Hermawan.

BACA JUGA:   Les Clefs d'Or, Lisensi Tertinggi Para Concierge

Langkah kedua yang harus dilakukan agar bisnis tetap bertahan hingga pandemi ini berakhir ialah dengan melakukan Preparing. Hermawan mengajak seluruh pelaku usaha, khususnya pariwisata, menjaga cashflow dan manfaatkan pemasukan yang masih ada, sambil mempersiapkan bisnis setelah COVID-19 selesai.