Pentingnya Proses Kolaborasi dan Ko-Kreasi di Perbankan Digital

Monday, 09 October 23 Harry
bank digital jenius

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik, diketahui bahwa generasi muda mendominasi jumlah penduduk Indonesia. Dari 270,2 juta orang, jumlah Gen Z (lahir tahun 1997-2012) mendominasi dengan 27,94%, diikuti dengan Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996) dengan 25,87%.

Besarnya jumlah generasi muda tersebut tentu akan memengaruhi berbagai bidang, salah satunya adalah di bidang teknologi. Mau tidak mau, para pebisnis dan pelaku usaha harus beradaptasi untuk dapat bersaing dalam “memenangkan hati” para generasi muda. Apalagi, berbagai riset menunjukkan bahwa karakter generasi muda tersebut antara lain sangat melek digital dan juga menyukai metode pembayaran cashless atau non-tunai.

Karena itu, pada tahun 2000-an mulai bermunculan bank digital di Indonesia untuk mengakomodir bonus demografi tersebut yang memiliki daya beli cukup besar. Kehadiran bank digital diharapkan mampu memenuhi keinginan para generasi muda untuk melakukan transaksi perbankan dengan cepat dan mudah.

Apalagi, pertumbuhan transaksi digital di Indonesia terus berkembang pesat. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada periode 2017 hingga 2020, transaksi digital tumbuh 1.556 persen. Kemudian, pada 2021, transaksi uang elektronik mencapai Rp786,35 triliun, atau naik sebesar Rp281,39 triliun (55,73%) dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp504,96 triliun.

BACA JUGA:   Industri MICE Menunggu Uluran Tangan Pemerintah

Jenius Mendengar Masyarakat

Pada tahun 2016, PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. (BTPN) meluncurkan bank digital bernama Jenius untuk membantu nasabah, terutama generasi muda, dalam mencapai tujuan keuangannya. Sebagai salah satu pionir bank digital, Jenius telah dilengkapi beragam fitur dan keamanan yang mumpuni untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan kecepatan, keamanan, dan fleksibilitas dalam layanan perbankan di mana pun dan kapan pun.

Hal tersebut sejalan dengan peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang menyatakan bahwa pengembangan perbankan digital memerlukan infrastruktur yang memadai, seperti manajemen risiko, penyesuaian teknologi informasi, model bisnis, proses bisnis, kontrol internal, dan sumber daya manusia. Semuanya bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, serta keandalan layanan perbankan digital dalam penyediaan informasi, komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, pemrosesan transaksi, dan penutupan rekening.

BACA JUGA:   Dari 16, Kini Tersisa Tujuh Destinasi MICE

Di usia yang ketujuh ini, Jenius telah memiliki 39 fitur keuangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, antara lain fitur Send It, Kartu Debit Jenius, Flexi Cash, Top Up e-Wallet, Jenius QR, Flexi Saver, dan Dream Saver. Menariknya, dalam menghadirkan fitur-fitur keuangan tersebut, Jenius melakukan proses ko-kreasi (Co.Create) dan kolaborasi dengan anggota komunitas Jenius Co.Create yang saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 44.000 ko-kreator. Karenanya, fitur yang dihadirkan memang benar-benar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

jenius co-create

Proses ko-kreasi ini juga dilakukan melalui lebih dari 1.024 survei daring, diskusi kelompok terpumpun (DKT), serta wawancara mendalam dengan lebih dari 116.212 masyarakat digital savvy, dengan rata-rata sebanyak 17 kegiatan wawancara dilakukan setiap bulannya.

Proses ko-kreasi dan kolaborasi yang dilakukan oleh Jenius merupakan sebuah terobosan yang jenius dalam “mendengarkan” kebutuhan masyarakat sehingga layanan keuangan digital yang dihadirkan merupakan solusi yang tepat sasaran. Berkat proses “mendengarkan” tersebut, tak heran apabila Jenius menjadi bank digital favorit masyarakat. Berdasarkan hasil survei oleh Dailysocial.id pada 2021, Jenius menempati peringkat pertama bank digital yang paling dikenal oleh masyarakat dengan persentase sebesar 64,20 persen.

BACA JUGA:   Kemenparekraf Mendorong Penerapan Sustainable MICE Events

Jumlah pengguna Jenius pun terus bertumbuh tiap tahunnya. Pada 2021, pengguna Jenius meningkat 22 persen secara year-on-year dan berhasil meraih lebih dari 3,3 juta pengguna di Indonesia. Kemudian hingga akhir Juni 2023, Jenius mencatatkan pertumbuhan pengguna sebesar 19 persen secara year-on-year menjadi 4,8 juta pengguna.

Sejatinya, hubungan antara pemilik usaha dengan konsumen merupakan sebuah simbiosis mutualisme, yakni keduanya saling membutuhkan. Apa yang telah Jenius lakukan dengan proses Co-Create ini bisa menjadi contoh atau standar bagi pelaku industri lainnya untuk dapat mendengar keinginan masyarakat dan menghadirkan solusi yang memang dibutuhkan. Konsumen senang, produsen menang.