Kementerian Pariwisata menargetkan tahun ini Indonesia akan dikunjungi 17 juta wisatawan mancanegara. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pariwisata menerapkan strategi pengembangan 3A, yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.
Aksesibilitas menjadi hal paling krusial untuk dibenahi, sebab kalau aksesnya tidak baik, sudah dipastikan wisman tidak akan mau berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data yang ada, 75 persen wisman yang datang ke Indonesia menggunakan transportasi udara, sisanya melalui laut dan perbatasan darat.
Dari 19 bandara besar di Indonesia, ada enam bandara yang memiliki pertumbuhan fantastis, yakni Bandara Ngurah Rai (Bali), Kualanamu (Medan), Sam Ratulangi (Manado), Internasional Lombok (NTB), Sultan Syarif Kasim II (Riau), dan Adi Sucipto (Yogyakarta). “Pertumbuhan masuk wisman di bandara itu besar. Bali tumbuh 20,93 persen, Sam Ratulangi 90,8 persen, Lombok 37,2 persen, dan Yogyakarta tumbuh 28,1 persen. Ini harus dimanfaatkan, termasuk di Bandara Soekarno-Hatta,” kata Arief Yahya.
Karena itu, pembenahan transportasi udara menjadi hal utama yang patut dilakukan. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, untuk mencapai target 17 juta wisman tersebut, Indonesia membutuhkan 25 juta kursi pesawat rute internasional, sedangkan saat ini baru tersedia 23,9 juta kursi pesawat.
“Saat ini masih kurang 1,1 juta. Dengan rute baru dan penambahan frekuensi, beban itu akan berkurang. Kami optimistis jumlah wisatawan akan tumbuh sesuai harapan,” ujar Arief Yahya.
“Rencananya, penambahan 600.000 kursi itu untuk Bali, Jakarta 400.000 kursi, dan sisanya melalui bandara lainnya,” ujar Arief Yahya.
Untuk menutup defisit 1,1 juta kursi rute internasional itu, ada empat hal yang akan dilakukan oleh Kemenpar, yakni fokus pada pasar utama pariwisata, optimalisasi low season, menyarankan dibukanya rute baru, dan program stimulus atau insentif.
Mengacu data Kemenpar, ada lima pasar utama yang bisa dieksplorasi lagi oleh maskapai, yakni Cina, Eropa, Australia, Singapura, dan India. Pada 2017, jumlah wisatawan Cina mencapai 1,91 juta atau tumbuh 42,22 persen, Eropa tumbuh 14,12 persen dengan 1,74 juta wisman, wisman Australia jumlahnya 1,10 juta, Singapura 1,31 juta wisman, dan India 434.190 wisman.
“Cina sudah jadi pasar utama. Untuk Eropa dijadikan satu karena identik. Meski nomor dua, tapi pasar Eropa menjadi penyumbang devisa terbesar. India juga sangat unik, pertumbuhannya mencapai 29 persen. Kondisi ini harus lebih dioptimalkan lagi. Malaysia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang tetap menjadi pasar penting,” ujar Arief Yahya.
KOMENTAR
0