Pemerintah telah mencanangkan program Visit Wonderful Indonesia pada 2018 sebagai alat untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara ke Indonesia untuk memenuhi target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara pada 2018. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, program Visit Wonderful Indonesia itu salah satunya adalah menggabungkan unsur 3A (atraksi, amenitas, aksesibilitsa) dan membuat paket wisata hot deals di saat low season. Diharapkan paket hot deals itu mampu memikat wisatawan dan mengisi jumlah kursi pesawat yang kosong saat low season.
“Program Visit Wonderful Indonesia ada tiga, yakni hot deals, calendar of events, dan destinasi digital. Hot deals itu adalah membuat paket bersama sehingga mendapatkan harga yang tidak bisa ditolak oleh customers. Itu yang akan kita promosikan sesuai DOT (destinasi, origin, timeline),” ujar Arief Yahya.
Harga masing-masing industri (3A) itu tidak akan diketahui karena dijual dalam satu paket. Arief Yahya mengingatkan agar pelaku industri tidak perlu khawatir paket ini akan merusak pasaran karena hanya dijual pada saat low seasons dan kursi pesawat sedang kosong.
Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, ada lima pasar utama yang bisa dieksplorasi lagi oleh maskapai, yakni Cina, Eropa, Australia, Singapura, dan India. Pada 2017, jumlah wisatawan Cina mencapai 1,91 juta atau tumbuh 42,22 persen, Eropa tumbuh 14,12 persen dengan 1,74 juta wisman, wisman Australia jumlahnya 1,10 juta, Singapura 1,31 juta wisman, dan India 434.190 wisman.
“Cina sudah jadi pasar utama. Untuk Eropa dijadikan satu karena identik. Meski nomor dua, tapi pasar Eropa menjadi penyumbang devisa terbesar. India juga sangat unik, pertumbuhannya mencapai 29 persen. Kondisi ini harus lebih dioptimalkan lagi. Malaysia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang tetap menjadi pasar penting,” ujar Arief Yahya.
Arief Yahya mengatakan, untuk mencapai target 17 juta wisman, Indonesia membutuhkan 25 juta kursi pesawat rute internasional, sedangkan saat ini baru tersedia 23,9 juta kursi pesawat. “Saat ini masih kurang 1,1 juta kursi pesawat. Dengan rute baru dan penambahan frekuensi, beban itu akan berkurang. Kami optimistis jumlah wisatawan akan tumbuh sesuai harapan,” ujar Arief Yahya.
Untuk menutup defisit 1,1 juta kursi rute internasional itu, ada empat hal yang akan dilakukan oleh Kementerian Pariwisata, yakni fokus pada pasar utama pariwisata, optimalisasi low season, menyarankan dibukanya rute baru, dan program stimulus atau insentif.
KOMENTAR
0