Pandemi COVID-19 berdampak negatif pada bisnis hotel dan restoran Indonesia. Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan bahwa potensi pendapatan pengusaha hotel dan restoran di Indonesia hilang hingga Rp50 triliun pada tahun 2020.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum PHRI, mengatakan, hilangnya potensi bisnis hotel karena minimnya tingkat hunian selama tahun 2020. Padahal, saat ini, total kamar hotel yang tersedia di seluruh Indonesia sudah mencapai 800.000 kamar.
“Sebenarnya, tren hotel di ASEAN sejak 2018-2019 itu memang sudah menunjukkan penurunan dari jumlah okupansinya. Ditambah dengan badai ini, semakin sedih melihat kondisinya,” ungkap Hariyadi.
Meskipun mengalami penurunan, Hariyadi masih optimistis bisnis hotel dan restoran akan dapat pulih kembali setelah badai menerpa. Oleh karena itu, PHRI akan menjalin banyak kerja sama dengan pihak terkait untuk memulihkan kembali bisnis hotel dan restoran di tahun ini, seperti dengan maskapai penerbangan, online travel agent (OTA), dan pelaku usaha lainnya.
Pada akhir tahun 2020, PHRI menggandeng AirAsia Indonesia untuk bekerja sama dalam rangka memulihkan pariwisata nasional, khususnya wisata domestik. Kerja sama ini berupa paket bundling hotel dan tiket pesawat, di mana PHRI menyertakan harga-harga terbaik dari anggotanya untuk dipaketkan dengan tiket pesawat AirAsia Indonesia. Paket-paket ini didistribusikan melalui jejaring masing-masing pihak agar dapat diakses oleh masyarakat yang ingin kembali berwisata di Indonesia.
“Jadi, nanti harga hotelnya itu diatur oleh para pelaku hotelier yang tergabung di kami,” Hariyadi menambahkan.
Selain itu, PHRI juga menggandeng OTA untuk mengolah big data terkait strategi pemasaran yang baik di industri pariwisata. Big data ini akan membantu PHRI untuk mendapatkan target konsumen yang tepat dan jelas.
“Pak Menteri Sandiaga sejak awal sudah bilang, bahwa keberadaan big data itu sangat penting. Oleh sebabnya, kita akan mencoba untuk mengolah ini semua,” ucapnya lagi.
Selain dengan maskapai penerbangan, PHRI juga berkomitmen menjalin kerja sama dengan pihak terkait lainnya, misalnya saja membuat program wisata menarik di setiap destinasi wisata yang ada di Indonesia.
Dengan menjalin kerja sama ini, diharapkan dapat mendorong okupansi hotel dan juga restoran di seluruh Indonesia. Jika okupansi sudah mulai normal kembali, penyerapan tenaga kerja juga dapat teratasi sehingga tidak ada lagi pengurangan karyawan di kedua sektor ini.
“Karena kalau demand masih rendah, kemungkinan besar tenaga kerja di hotel atau restoran juga akan semakin berkurang. Jadi, kita semua ini harus bekerja sama agar okupansi dapat dipertahankan dan tidak merosot lebih jauh lagi,” jelasnya lagi.
KOMENTAR
0