Orangtua perlu menerapkan strategi untuk melindungi anak agar aman berselancar di internet. Hal ini dilakukan agar anak mendapatkan manfaat dari internet.
“Kuncinya adalah literasi digital,” kata Pemimpin Redaksi Independen.id Bayu Wardhana dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, (14/7/2021).
Keluarga dan anak, kata dia, memiliki kapasitas untuk melindungi diri mereka masing-masing dari berbagai bentuk kejahatan di ranah online tanpa meniscayakan semua manfaat baik dari teknologi informasi. “Perlu membangun kepercayaan dengan anak. Dengan begitu, diharapkan anak-anak akan selalu terbuka kepada orangtuanya terkait aktivitas online yang mereka kerjakan.”
Selain itu, lanjut Bayu, orangtua juga bisa memanfaatkan fitur safe search pada Google Search, mode terbatas pada Youtube, atau menggunakan aplikasi Family Link untuk mengontrol aktivitas online anak. “Dengan begitu diharapkan bisa meminimalkan anak menemui konten yang tidak pantas.”
Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir. Paparan terhadap internet dan media digital pada anak-anak ini tidak dapat dihindarkan. Selain itu, internet dapat menjadi sarana mencerdaskan anak karena menghubungkan anak dengan berbagai sumber informasi.
“Internet merupakan salah satu sarana yang dapat anak-anak gunakan untuk mencari bahan untuk menulis tugas sekolah, berhubungan dengan teman, bermain game, dan mengikuti tren masa kini,” ujar Bayu. Namun, lanjut dia, menggunakan internet bukannya tanpa bahaya, terutama untuk anak dan remaja, antara lain materi yang tidak pantas, pencurian identitas, dan cyberbullying. “Oleh karena itu, anak dan orangtua perlu pandai-pandai memanfaatkan media digital dan menghindari efek negatifnya.”
Survei Google dan Trust and Safety Research menunjukkan, 51 persen orangtua dari anak yang belajar dari rumah selama pandemi merasa lebih khawatir soal keamanan online. Ada tiga kekhawatiran terbesar orangtua saat ini. Yaitu keamanan informasi anak, interaksi anak di internet, dan konten yang dikonsumsi anak.
Anak-anak di usia sekolah menjadi salah satu yang paling rentan di ruang maya. Beberapa risiko utama mengancam anak-anak ketika berselancar di dunia maya. “Rentan menerima serangan siber, menerima konten yang berisi eksploitasi seksual, tindakan menyakiti diri sendiri, bunuh diri, konten pronografi hingga konten berbau radikalisme. Selajutnya anak-anak juga rentan mengalami adiksi siber, seperti ketagihan gawai atau konten di internet.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0