Berita Hoaks Bertebaran, Begini Mengidentifikasinya

Thursday, 11 November 21 Venue

Media sosial merupakan sebuah media daring untuk saling berinteraksi satu sama lain seperti YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Twitter. Menurut Eka Rini Widya Astuti, Ketua Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual ITSNU Pasuruan, begitu banyak berita yang bisa kita peroleh melalui media sosial.

“Berita merupakan suatu kejadian/peristiwa hangat yang sedang diberitahukan, baik disampaikan melalui layar televisi maupun di media sosial, mulai dari bentuk tulisan,foto, dan bisa juga melalui video,” kata Eka, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu (10/11/2021).

Ketika menerima suatu berita, kata Eka, ada baiknya berita tersebut dicek dan ricek dulu sumber dan kebenarannya. Jangan sampai mendapat berita langsung kirimkan saja ke media sosial atau ke grup WhatsApp tanpa belum mengetahui kebenaran dari berita tersebut, karena apabila berita tersebut ternyata hoaks bisa menimbulkan dampak yang besar.

BACA JUGA:   Tipe Konten Favorit Masyarakat Indonesia

“Kita sangat dianjurkan untuk mengidentifikasi suatu berita terlebih dahulu,apakah berita tersebut benar atau hoaks sebelum kita mengirimkannya ke media sosial,” ujarnya.

Eka mengatakan, terdapat lima langkah yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita yang hoaks dan mana berita asli, yaitu:

  • Hati-hati dengan judul provokatif.

Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinyapun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya cari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya sebagai pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

  • Cermati alamat situs.

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

  • Periksa fakta.
BACA JUGA:   Memanfaatkan Medsos Harus Seimbang

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi/kementerian resmi seperti KPK, Polri, Kominfo? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

  • Cek keaslian foto.

Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

  • Ikut serta grup diskusi anti-hoaks.

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

BACA JUGA:   Tantangan Kebebasan Berekspresi di Era Digital

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).