FOMO, Salah Satu Alasan Milenial Berinvestasi

Wednesday, 25 August 21 Venue

Banyak tujuan orang berinvestasi, seperti meningkatkan nilai aset, melindungi aset, atau memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Psikolog Zaidatul Hikmiah mengatakan, selain tujuan tersebut terdapat beberapa orang, terutama generasi milenial berinvestasi karena takut ketinggalan tren atau Fear of Missing Out (FOMO).

“Dengan FOMO ini banyak orang terjun ke dalam investasi tanpa tahu risiko dan keamanan,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Selasa (24/8/2021).

Menurut Zaidatul Hikmiah, hal ini harus dihindari. Apalagi FOMO sebenarnya berakar dari kecemasan sosial. “Kita perlu mengetahu basic-basic investasi, supaya investasi bukan hanya sekadar FOMO,” ujar dia.

Semua platform kehidupan, kata dia, sudah tersedia versi digitalnya. Begitu juga dengan invesitasi yang bisa diakses melalui gawai. Ini bisa dijadikan kesempatan untuk mempelajari investasi. Macam-macam investasi digital yang bisa dilakukan oleh pemula yaitu saham, emas, obligasi, P2P lending, forex, dan reksadana.

BACA JUGA:   Konsekuensi Masuk Ke Era Digital

Zaidatul mengatakan, sebelum melakukan investasi atau menentukan jenis investasi, perlu mengetahui kemampuan ekonomi dan profil risiko. Kedua indikator ini, lanjut dia, dapat mempermudah kita menentukan jenis investasi yang tepat. Kemampuan ekonomi ini meliputi penghasilan utama, penghasilan tambahan, dan aset yang dimiliki.

Sementara, profil risiko itu menentukan apakah kita termasuk orang dengan pendapatan tinggi dengan pengeluaran besar, pendapatan menengah dengan pengeluaran menengah, atau penghasilan terbatas dan sulit menyisihkan uang untuk investasi.

“Jika kita berada pada profil risiko tinggi, penghasilan besar dengan pengeluaran besar. Bisa kita mencoba risiko investasi yang tinggi, seperti saham, trading, forex, atau surat berharga. Return dari risiko investasi yang tinggi juga besar,” tuturnya.

BACA JUGA:   Ini Syarat Agar Radio Tidak Tergerus Media Online

Zaidatul mengatakan, untuk profil risiko investasi yang menengah biasanya investasinya berupa properti atau perhiasan. Kemudian, pada risiko rendah terdiri dari jenis investasi tabungan, tabungan berjangka, reksadana dan deposito.

Contohnya, lanjut dia, pada aplikasi Bibit terdapat fitur untuk memilih reksadana secara otomatis sesuai dengan profil risiko yang dimiliki. Lalu, ada juga aplikasi yang menyediakan tabungan emas secara online, yaitu melalui Pegadaian. Investasi emas online tidak mengharuskan kita untuk membeli secara langsung, tetapi bisa dimulai dengan nominal rendah sebesar Rp 5 ribu.

Ketika berinvestasi secara online, kita perlu memastikan keamanan aplikasi atau penyedia jasa investasi. “Sederhananya, pilihlah aplikasi yang memiliki izin dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, OJK juga mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk menyampaikan informasi terkait penawaran investasi mencurigakan.”

BACA JUGA:   Kejahatan Terhadap Anak di Ranah Online

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).