Memanfaatkan Teknologi, Ini Ragam Modus Penipuan

Wednesday, 14 July 21 Venue
keamanan digital internet

Penipuan akan selalu ada. Bahkan, menurut Tino Agus Salim, Director and Lead Trainer Salim Excellence Center (SEC), usianya sama seperti sejak manusia ada.

“Modusnya beragam dengan satu tujuan, mengambil yang bukan miliknya,” kata dia dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa (13/7/2021).

Tino menuturkan, modus dari pelaku penipuan selalu berganti, memanfaatkan teknologi yang ada, salah satunya menggunakan ponsel dengan cara menelepon calon korban. “Sebetulnya dengan zaman sekarang, cara penipuan lebih mudah, tanpa harus keluar rumah. Misalnya saja melalui telepon, misalnya dengan daftar nomor, dihubungi satu per satu, sehari 50 nomor, berhasil 5 orang lumayan,” ungkapnya.

Penipu ulung, kata dia, memiliki kemampuan sosial engineering. Dimana sejak awal percakapan dia sudah bisa menangkap secara psikologis apakah calon korban akan masuk perangkap atau tidak. “Gaya setiap orang itu akan lebih gampang dengan cara bicara seperti apa.”

BACA JUGA:   Pelaku Kejahatan Siber Mengincar Sisi Psikologis

Tidak hanya melalui sambungan telepon, cara lain yang bisa digunakan adalah melalui Short Messages Services (SMS). Ada software yang diperjualbelikan secara bebas untuk mengirim pesan singkat ke banyak nomor sekaligus. “Ada yang jual software, tools untuk kirim SMS ke banyak nomor, harganya murah. Misal kirim 1.000 pesan, dapat 10 kan lumayan,” ujarnya.

Dia mengatakan, tidak heran jika masih ada saja masyarakat yang tertipu. Korban-korban biasanya memang orang yang mudah dikelabui dan silau dengan hadiah, apalagi dengan nominal yang menggiurkan. “Kalau orang pintar dikasih hadiah, dia akan mikir. Bisa juga modus-modus yang memanfaatkan kedekatan seperti keluarga, anak,” ujarnya.

BACA JUGA:   Tak Perlu Takut Memperkenalkan Teknologi Kepada Anak

Tino mengungkapkan, dari semua aksi penipuan, sebagian besar melibatkan perbankan. Baik itu menggiring mangsanya untuk melakukan transfer langsung ke ATM atau menggunakan mobile banking.  “Kalau dilihat-lihat, bank-nya longgar dalam artian sulit dalam prosesnya, akan menjadi target (penipuan). Misalnya seperti Bank BCA dan Bank Mandiri kan susah tuh,” ujarnya.

Guna menghindari lebih banyak korban, kata Tino, menceritakan kembali modus-modus yang pernah terjadi diharapkan membuat masyarakat lebih waspada. “Seahrusnya Pemberitaan di media untuk menceritakan modus apa yang sering dilakukan, bisa membuat masyarakat sadar. Penipuan masih terus menjadi momok di tengah masyarakat. banyak cara yang dilakukan.”

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Pentingnya Perlindungan Data Pribadi di Internet

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).