Literasi digital merupakan kecakapan penting untuk menghadapi transformasi teknologi. Hal ini juga menjadi program nasional pemerintah Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia atau talenta digital, salah satunya untuk membentuk ekonomi digital.
Menurut pelaku usaha online perlu membekali diri dengan literasi digital, bukan sekadar mampu mengoperasikan teknologi tetapi mampu menghadirkan value dan mengoptimalkan teknologi dan media digital.
Sedangkan
Salah satu cara menerapkan budaya dalam ekonomi digital adalah dengan mencintai produk lokal. Sebab, ekonomi digital berarti semua produk dan budaya asing dapat ditemukan dalam ruang tanpa batas.
“Tantangan di dalam ekonomi digital adalah bagaimana pelaku usaha mampu menyediakan produk dan pelayanan yang lebih baik. Strategi subjektifnya adalah untuk membangun nasionalisme berkonsumsi. Hal ini tidak sebatas mengkonsumsi produk lokal saja. Tetapi juga bergotong royong mengenalkan produk daerah kita,” kata Novita Kristiani, Business Owner Prelovita.id, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021).
Membudayakan cinta produk local, kata Novita, dapat dilakukan dengan memperlihatkan empati dan kepedulian. “Mengutamakan produk lokal atau dalam negeri, membeli secukupnya dan tidak impulsif, membeli karena kebutuhan bukan untuk pamer, serta berbagi,” kata dia.
Menurutnya produk lokal yang masuk ke e-market dan marketplace masih terbilang rendah. Hal itu salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan literasi digital, literasi inovasi produk, dan literasi keuangan.
Para pelaku usaha di era digital, menurut Novita, harus memiliki kemampuan digital yang penting dimiliki yaitu kemampuan untuk memanfaatkan media percakapan dan media sosial. Serta pengetahuan tentang dompet digital, loka pasar, dan transaksi digital.
“Bagi pemula, usaha online dapat dimulai dulu menggunakan online shop. Memanfaatkan media sosial dan media percakapan sebagai tempat promosi dan katalog produk. Atau menggunakan marketplace seperti Lazada, Shopee, dan lainnya,” kata dia.
Marketplace atau loka pasar, lanjut Novita, mempertemukan penjual dan pembeli dalam tempat yang luas. Kedua jenis e-market itu memiliki kelebihan tersendiri yaitu gratis. “Berbeda dengan e-commerce yang memang dibuat secara eksklusif untuk produk milik pemilik usaha itu sendiri,” ujarnya.
Pada dasarnya, tambah Novita, apa pun jenis e-market yang dipilih itu bebas asalkan dapat mengoptimalkan, baik untuk meningkatkan brand awareness atau brand identity. “Hanya saja pelaku usaha harus mampu konsisten agar bisnis terus berjalan dan tidak kehilangan konsumen.”
Dalam marketplace, menurut Novita, juga memberikan metode pembayaran baik secara konvensional dengan cara cash on delivery atau dengan dompet digital. “Transaksi online selama masa pandemi menjadi pilihan aman. Selain praktis karena keterbatasan mobilitas, pilihan yang tersedia juga tidak terbatas. Saat ini antara marketplace dan layanan dompet digital juga banyak memberikan promosi, potongan harga,” tuturnya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0