Pola Asuh Digital, Ini Tipsnya

Thursday, 09 September 21 Venue

Pola asuh digital, menurut Rona Merita, Dosen IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, bukan sekadar orangtua memfasilitasi kebutuhan teknologi bagi anak. Tapi peran orangtua harus tetap hadir, baik fisik juga psikis, bagi anak.

“Pengasuhan digital tidak hanya sebatas dialog dan pemasangan fitur-fitur parenting control. Namun tetap diperlukan pendampingan secara psikologis untuk anak dan remaja yang berkaitan dengan teknologi dan internet,” ujar Rona, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (8/9/2021).

Rona mengatakan, terdapat beberapa tips pola asuh digital bagi orangtua. “Pertama dengan membuat jadwal anak bermain gawai. Menurutnya, jangan karena beraktivitas di rumah sehingga anak selalu diberikan gawai. Peran orangtua memberikan anak berbagai aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukannya sambil belajar dari rumah.

“Semakin lama anak terpapar dengan screen, kemungkinan dia untuk kecanduan gawai akan semakin tinggi,” katanya. Dia meminta untuk membuat jadwal dan beri batasan screen time.

Kalau menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia dan juga WHO, umur anak 0 sampai 2 tahun sama sekali tidak boleh diberikan screen. “Tidak boleh terpapar dengan gawai tetapi untuk video call saja boleh. Mungkin orangtuanya jauh, kakek-neneknya jauh,” tuturnya.

BACA JUGA:   Ragam Metode Pembayaran Online

Sementara untuk usia anak 3 sampai 5 tahun, hanya boleh melihat layar gawai selama 1 jam perhari. Satu jam tersebut tidak disarankan dilakukan dalam satu waktu. Tetapi diberi jeda, misalnya setiap 30 menit.

Rona mengatakan, agar orangtua mengajak anak berkegiatan lain di rumah. Seperti melihat tanaman ataupun bermain dengan kakak atau adiknya. Kemudian usia 5 sampai 7 tahun waktu screen bertambah jadi 1,5 jam perhari. “Dan untuk anak di atas 10 tahun maksimal 2 jam perhari. Jadwal penggunaan layar itu perlu diberikan kepada anak agar mereka juga tidak ketergantungan dengan gawai.”

BACA JUGA:   Menciptakan Jejak Digital Positif

Tips selanjutnya, kata dia, perlu ada aturan rutinitas. Rutinitas sebelum Covid tetap dilakukan. Bangun tidur jam berapa, setelah itu melakukan apa itu tetap dilakukan. Tujuannya supaya nanti kegiatan offline lagi bisa terbiasa. “Kebiasaan baik harus terus dilatih. Kalau bangun pagi tetap bangun pagi,” ujar Rona.

Kemudian, kata dia, bantu anak lakukan kegiatan yang menjadi hobinya. Jika orangtua belum tahu apa yang menjadi kesenangan anak, dia menyarankan agar orangtua langsung memperlihatkan aktivitas tertentu kepada anak.

“Kita arahkan saja, beri sesuatu nanti anak akan mengikuti, terbiasa. Kalau cuma nanya ‘mau nggak main ini’, anak enggak ada bayangan karena tidak melihat langsung. Jadi langsung kasih saja,” ujar dia.

BACA JUGA:   Muncul Konten Tak Pantas di Medsos, Begini Cara Meminimalisirnya

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).