Peran Penting Orangtua Awasi Anak Berselancar di Internet

Friday, 17 September 21 Venue

Beralihnya hampir semua aktivitas anak secara online membuat keamanan mereka di dunia maya harus menjadi perhatian. Selain soal pencurian data pribadi, anak juga berisiko terpapar konten pornografi dan kekerasan dari internet.

“Orangtua memiliki peranan penting dalam menjaga keamanan data dan kesehatan mental anak-anaknya ketika berselancar di internet. Pengawasan harus betul-betul dilakukan oleh orangtua,” kata Heri Vita Winarko, Ketua Paguyuban Kesenian Krido Taruno Winongo, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (16/9/2021),

“Bisa dibayangkan misalnya dengan karakter anak-anak yang belum matang fisik dan mental, dia bisa memacu kendaraannya sedemikian rupa, kejar-kejaran, dan lain-lain. Ini juga bisa terjadi di dunia maya,” tambah dia.

Dalam pendidikan di era digital seperti sekarang ini, kata Heri, orangtua perlu mengajarkan anak-anaknya untuk lebih cermat saat berada di ranah daring. Mampu menilai mana informasi benar dan mana informasi salah sehingga tidak mudah terpengaruh dan bisa menggunakan perangkat digital dengan baik.

BACA JUGA:   Tipe Konten Favorit Masyarakat Indonesia

“Berdasarkan data dari Rhonda Bradley, 79% anak-anak di bawah umur bisa mengakses konten pornografi di jagat maya. Nah, ini yang menurut saya cukup bahaya. Jadi, anak harus diajari untuk bisa memilah informasi yang cocok sesuai tahap perkembangannya,” ujar dia.

Menurut statistik dari portal https://security.titanprojects.co/, tercatat 69% remaja turut berkomunikasi dengan orang-orang baru yang tidak kenal dan 38% anak-anak dengan rata-rata usia di bawah 13 tahun sudah bisa masuk di media sosial. Padahal ada banyak konten-konten yang belum layak dilihat. “Oleh karena itu, sebagai orangtua tentu perlu memonitor dan mengawasinya dengan baik,” kata Heri.

Melindungi data pribadi anak di media sosial, lanjut dia, orangtua harus bisa mengajarkan anaknya cara membuat password secara kreatif. Kemudian, menanamkan pemahaman pada diri anak untuk tidak lupa melakukan log out ketika selesai mengakses akun pribadinya di tempat umum. Anak juga perlu mampu memahami prasyarat-prasyarat terkait privasi dan keamanan sebuah aplikasi.

BACA JUGA:   Cara Menghapus Jejak Digital di Internet

“Kalau anak punya Facebook, ketika log in dia juga harus menjaga betul mana yang boleh dilihat orang dan mana yang tidak. Jadi, kita juga harus mengajari anak-anak untuk berpikir sebelum mem-posting sesuatu,” katanya.

Kasus cyberbullying, sexual image, sexual messages, dan sejenisnya, kata Heri, menjadi bagian yang paling banyak di antara soal-soal lain terkait dengan anak-anak di internet. Misalnya bila anak terkena bullying, dia memiliki kekhawatiran yang jauh lebih tinggi karena emosional anak kurang baik dan mentalnya belum matang.

“Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu memberi pemahaman kepada anak untuk segera menyampaikan ke orang-orang terdekatnya apabila mengalaminya. Sehingga, bisa dilakukan tindakan-tindakan lanjutan. Jangan sampai dia disuruh menyelesaikan sendiri, karena tidak akan sanggup,” kata Heri.

BACA JUGA:   Imbas Dari Rekam Jejak Digital

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).