Proses kegiatan belajar mengajar yang semula bisa di ruang-ruang kelas secara tatap muka, kini harus digantikan dengan metode PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang memanfaatkan media sosial dan sejumlah aplikasi belajar pada laman internet. Namun, selama proses pembelajaran jarak jauh, beberapa keluhan dari mahasiswa muncul lantaran PJJ ini menjadikan tugas perkuliahan lebih banyak diberikan dari dosen dengan tenggat waktu yang cukup sebentar.
“Tidak hanya itu, permasalahan seperti gangguan sinyal, jaringan internet yang belum memadai di daerah tempat tinggal, dan keterbatasan sarana aplikasi belajar sudah seharusnya menjadi perhatian bersama,”ujar Aaron Daniel O’Brien, English Teacher, Edication Strategist serta Content Creator, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (15/9/2021).
Selain itu, kata dia, tidak semua dosen menguasai penggunaan teknologi dalam upaya memanfaatkannya sebagai media belajar. “Beberapa dosen hanya menggunakan saluran grup telekomunikasi seperti WhatsApp dan Telegram untuk memberikan bahan ajar yang sudah disiapkan. Mahasiswa dipersilahkan untuk memahami sendiri dan di ujung sesi perkuliahan, akan ada tugas menanti,” tuturnya.
Belum lagi, lanjut dia, sinyal dan jaringan internet bagi mahasiswa kerapkali menghambat koneksi untuk bergabung ke ruang kelas. Keterlambatan menjadi lumrah karena mahasiswa membutuhkan waktu untuk menghubungkan gawainya dengan sambungan internet.
Terlepas daripada itu semua, pembelajaran jarak jauh ini menghadirkan beragam peluang yang bisa disikapi dengan optimisme oleh mahasiswa. “Contohnya yaitu dapat meningkatkan wawasan berpikir mahasiswa untuk mendalami lebih giat lagi materi yang sudah diberikan dosen,” kata Aaron.
Menurutnya Pembelajaran Jarak Jauh menjadi efektif bila terdapat sinergisitas yang baik antar seluruh elemen pendidikan. Baik itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pemerintah, guru/dosen sebagai tenaga pendidikan, dan juga peserta didik sebagai objek pendidikan.
“Semangat belajar tidak boleh meredup dan harus tetap berkobar agar nilai-nilai moral kependidikan bisa terus diamalkan dalam menjalani metode belajar seperti ini,” ujar dia.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0