Saat semua sedang melalui masa yang sulit seperti saat ini, namun, pada Pandemi Covid-19 ini tidak hanya virus corona yang menyebar. Terdapat juga virus misinformasi menerjang.
“Seperti di dunia nyata, di dunia maya pun marak ‘virus’ yang merambat ke pelosok media sosial, yakni virus misinformasi,” kata Nurchairiyah Harahap, Account Manager at Fuselab Integrated Creative Partner, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (16/9/2021).
Menurutnya, pada masa informasi yang serba cepat dan serba terhubung, sangat mudah untuk terjadi kesalahpahaman bagaikan permainan kuda berbisik yang diikuti penduduk sedunia. “Atau mungkin informasi tersebut hanyalah kebohongan yang dibuat dan disebarkan oleh orang jahat yang berniat memicu kepanikan.”
Dia mencontohkan, masyarakat, kata dia, pasti pernah melihat info-info bohong seperti ini dalam bentuk posting di Facebook atau sebuah pesan di grup chat. “Sebelum kita turut membagi posting-an atau pesan tersebut sehingga memperburuk keadaan, ada baiknya kita mengecek kebenaran fakta itu terlebih dahulu,” ujar Nurchairiyah.
Saat ini, kata dia, terdapat beberapa informasi hoaks atau misinformasi seputar Covid-19 yang patut diperhatikan, di antaranya.
- Tingginya penularan Covid-19 melalui mesin ATM
Sebuah pesan tersebar di media sosial yang menyarankan kita agar memakai sarung tangan berbahan plastik atau karet saat mengambil uang di ATM, karena 70% terinfeksi Covid-19 dari ATM dan 13 orang yang terinfeksi di ATM kini dirawat di RSPAD.
- Thermometer gun berbahaya untuk otak
Salah satu perangkat yang meningkat penggunaannya pada masa pandemi ini adalah thermometer gun (Thermo gun), alat berbentuk pistol yang diarahkan ke dahi untuk mengecek suhu tubuh hanya dalam hitungan detik. Hoaks yang menyebar berupa video yang menyatakan laser yang dipancarkan perangkat ini awalnya digunakan untuk mengecek suhu kabel panas, bukan manusia, sehingga dapat merusak struktur otak.
- Tidak ada yang meninggal murni karena Covid-19
Sebuah hoaks yang beredar di media sosial serta pesan berantai di aplikasi WhatsApp menyatakan tidak ada kasus pasien meninggal hanya karena Covid-19. Menurut pesan tersebut, kasus-kasus meninggal hanya terjadi karena pasien sudah memiliki banyak virus dan bakteri di dalam tubuh atau sudah memiliki penyakit penyerta. Faktanya, menurut covid19.go.id, sekitar 97,7% dari 1.883 pasien meninggal akibat Covid-19 tidak memiliki penyakit penyerta.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0