Waspadai Berita Bohong, Seperti Ini Ciri-cirinya

Thursday, 23 September 21 Venue

Berbagai informasi bisa dengan mudah didapat melalui media sosial. Hanya dalam hitungan detik, berita apa pun tersebar dan diakses sesama pengguna internet melalui media sosial. Namun, menurut Eunike Lona Saptanti, Trainer dan Educator, tidak jarang berita atau kabar palsu pun tersebar hingga menimbulkan keresahan.

“Secara umum kita mengenal kabar palsu itu dengan sebutan hoaks,” ujarnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Rabu (22/9/2021).

Hoaks, menurut dia, adalah berita bohong yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. “Terdapat oknum yang sengaja membuat masyarakat resah dan percaya,” ujar Eunike.

Dia memaparkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. “Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar. Tapi dibuat seolah-olah benar adanya dan diverifikasi kebenarannya. Dengan kata lain, sebagai upaya memutarbalikkan fakta.”

BACA JUGA:   Belajar Agama Melalui Media Sosial

Menurut Eunike, terdapat beberapa ciri umum berita bohong yang dapat diwaspadai, di antaranya:

  • Didistribusikan melalui email atau media sosial yang efeknya lebih besar.
  • Berisi pesan yang membuat cemas atau panik para pembaca.
  • Diakhiri dengan imbauan agar pembaca segera menyebarkan peringatan tersebut ke forum yang lebih luas. Hoaks memanfaatkan iktikad baik si pembaca, sehingga pembaca berita tanpa meneliti kebenarannya, segera menyebarkan ke forum lain. Akibatnya rantai peredaran data di internet padat berita bohong.
  • Pengirim awal hoaks tidak disebutkan atau diketahui identitasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, tantangan di ruang digital semakin besar, konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat. “Menjadi kewajiban kita bersama untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat melalui literasi digital,” ujar Presiden saat membuka program literasi digital nasional dengan tajuk “Indonesia Makin Cakap Digital”, belum lama ini.

BACA JUGA:   Hindari Risiko Keamanan di Platform Digital, Ini Tipsnya

Menurut Presiden, konten-konten negatif yang marak muncul di ruang digital di antaranya hoaks, penipuan daring, perjudian daring, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, hingga radikalisme berbasis digital.

Hal-hal tersebut, kata Presiden, perlu diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. “Dengan literasi digital kita minimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif,” ujarnya.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Menghargai Kekayaan Intelektual di Era Digital

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).