Penyelenggaraan The 2nd Regional Conference on Women’s Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific usai digelar pada 2-4 Mei 2024 di Bali International Convention Center. Konferensi yang diikuti oleh 562 peserta dari 23 negara di Asia-Pasifik ini menghasilkan delapan aksi utama untuk memperkuat peran dan partisipasi perempuan dalam industri pariwisata regional.
Kedelapan aksi kunci tersebut adalah “Leadership and Policy”, “Sustainability”, “Entrepreneurship”, “Employment”, “Education and Training”, “Finance and Investment”, “Safety and Accessibility”, serta “Community and Civil Society”.
Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, menyampaikan bahwa perempuan memiliki pengaruh besar dalam mendorong perubahan positif, baik di skala lokal maupun global. “Semoga delapan aksi kunci ini mampu membawa perubahan dan dampak positif bagi peningkatan wisatawan mancanegara, pariwisata berkelanjutan, serta kemajuan ekonomi kreatif lokal hingga global,” ujarnya.
Dalam bidang “Leadership and Policy”, para peserta menekankan perlunya mentorship dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran terhadap peran perempuan. Sementara untuk “Sustainability”, dibutuhkan pelatihan terkait negosiasi dalam norma sosiokultural.
Terkait “Entrepreneurship”, konferensi menyoroti pentingnya networking dan pendampingan untuk pengembangan kemampuan berwirausaha bagi perempuan. Sedangkan dalam “Employment”, kebutuhan yang mendesak adalah pelatihan keberagaman di sektor pariwisata untuk melawan stereotip dan bias terhadap perempuan.
Dalam aspek “Education and Training”, disepakati untuk mengintegrasikan perspektif sensitif gender ke dalam pendidikan dan pelatihan vokasi guna mengurangi bias gender. Sementara untuk “Finance and Investment”, perlunya pengembangan kompetensi perempuan dalam pembuatan strategi bisnis menjadi sorotan.
Tidak ketinggalan, konferensi juga menekankan pentingnya menciptakan pelayanan pariwisata yang aman, inklusif, dan menghargai perempuan dalam hal “Safety and Accessibility”. Terakhir, pemberdayaan perempuan sebagai pembuat keputusan di bidang pariwisata menjadi prioritas dalam “Community and Civil Society”.
Penyelenggaraan konferensi yang berlangsung di Bali selama tiga hari ini menjadi tonggak penting dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata regional. Aksi-aksi kunci yang disepakati diharapkan dapat mendorong partisipasi perempuan yang lebih luas dalam pengambilan keputusan, akses terhadap peluang ekonomi, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan inklusif bagi semua.
KOMENTAR
0