Pariwisata merupakan industri yang paling terdampak dengan adanya penyebaran virus corona atau COVID-19. Masyarakat berbondong-bondong membatalkan perjalanan wisatanya selama masa pandemi COVID-19 ini berlangsung.
Pembatalan perjalanan tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi agen perjalanan offline, tetapi juga berdampak bagi penyedia layanan online. Salah satu yang terdampak ialah Traveloka, sebuah perusahaan teknologi penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup berbasis digital.
Sejak Februari 2020, Traveloka sudah kebanjiran permintaan pembatalan perjalanan dari seluruh penggunanya yang tersebar di Asia Tenggara. Dalam hal ini, para pengguna dapat meminta pengembalian dana atau mengatur ulang perjalanannya setelah pandemi ini berakhir.
Sebagai perusahaan teknologi penyedia layanan perjalanan, Traveloka telah memudahkan para penggunanya dalam pemesanan beragam transportasi, akomodasi, dan gaya hidup. Traveloka juga memungkinkan penggunanya untuk melakukan reservasi berbagai tempat rekreasi dan kegiatan, konektivitas, serta direktori kuliner.
Dionisius Nathaniel, Chief Marketing Officer Traveloka, menjelaskan, sejak pandemi COVID-19 ini terus berkembang, terdapat peningkatan permintaan bantuan dari para pengguna terkait perjalanannya. Hal ini mengakibatkan setiap menitnya Traveloka harus melayani ribuan permintaan bantuan melalui telepon, email, aplikasi, media sosial, maupun kanal lain yang diajukan oleh pengguna Traveloka di berbagai negara.
“Situasi pandemi COVID-19 ini telah memberikan tantangan dan dampak yang signifikan bagi industri secara keseluruhan. Dalam hal ini, sektor pariwisata dan perjalanan mengalami dampak yang cukup besar dari situasi seperti ini,” ujar Dionisius.
Pariwisata merupakan industri yang paling terdampak dengan adanya penyebaran virus corona atau COVID-19. Masyarakat berbondong-bondong membatalkan perjalanan wisatanya selama masa pandemi COVID-19 ini berlangsung.
Pembatalan perjalanan tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi agen perjalanan offline, tetapi juga berdampak bagi penyedia layanan online. Salah satu yang terdampak ialah Traveloka, sebuah perusahaan teknologi penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup berbasis digital.
Sejak Februari 2020, Traveloka sudah kebanjiran permintaan pembatalan perjalanan dari seluruh penggunanya yang tersebar di Asia Tenggara. Dalam hal ini, para pengguna dapat meminta pengembalian dana atau mengatur ulang perjalanannya setelah pandemi ini berakhir.
Sebagai perusahaan teknologi penyedia layanan perjalanan, Traveloka telah memudahkan para penggunanya dalam pemesanan beragam transportasi, akomodasi, dan gaya hidup. Traveloka juga memungkinkan penggunanya untuk melakukan reservasi berbagai tempat rekreasi dan kegiatan, konektivitas, serta direktori kuliner.
Dionisius Nathaniel, Chief Marketing Officer Traveloka, menjelaskan, sejak pandemi COVID-19 ini terus berkembang, terdapat peningkatan permintaan bantuan dari para pengguna terkait perjalanannya. Hal ini mengakibatkan setiap menitnya Traveloka harus melayani ribuan permintaan bantuan melalui telepon, email, aplikasi, media sosial, maupun kanal lain yang diajukan oleh pengguna Traveloka di berbagai negara.
“Situasi pandemi COVID-19 ini telah memberikan tantangan dan dampak yang signifikan bagi industri secara keseluruhan. Dalam hal ini, sektor pariwisata dan perjalanan mengalami dampak yang cukup besar dari situasi seperti ini,” ujar Dionisius.
KOMENTAR
0