Perhelatan ASEAN Tourism Forum (ATF) dan pelaksanaan Southeast Asia Business Event Forum (SEABEF) menjadi momentum pencanangan komitmen Indonesia dalam penerapan green meeting.
Bicara soal tren meeting, incentive, convention, exhibition (MICE), isu green meeting selalu menjadi topik menarik untuk dibahas. Ini selaras dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidup yang semakin rusak.
Tengok saja perhelatan ASEAN Tourism Forum (ATF) yang akan berlangsung pada 2-5 Februari 2023 di Yogyakarta, decarbonization conference menjadi salah satu topik menarik sebagai komitmen negara di kawasan ASEAN dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Isinya kurang lebih memaparkan pelbagai upaya mengurangi emisi karbon dalam industri pariwisata.
Komitmen negara ASEAN terkait isu lingkungan di sektor pariwisata memang telah ada sejak lama. Setidaknya itu tecermin dengan diterbitkannya katalog teknis standar penerapan green meeting dan green hotel di kawasan ASEAN beberapa waktu lalu.
Diterbitkannya ASEAN Guidelines On Green Meeting dilatari oleh banyaknya kegiatan meeting yang diselenggarakan Sekretariat ASEAN setiap tahunnya. Rerata ada 1.000 kegiatan meeting per tahun, dari skala puluhan peserta hingga ratusan peserta.
Dalam katalog tersebut disebutkan ada lima elemen dalam penerapan green meeting, yaitu hotel & tempat acara, transportasi, food and beverage, dokumen dan material, serta pengelolaan limbah.
Untuk hotel dan tempat acara, yang memiliki paket green meeting dan mengantongi sertifikat di bidang lingkungan seperti green building, ASEAN Green Hotel Standard, dan environmental management system (EMS) bakal menjadi prioritas. Selain itu, jarak lokasi acara dengan hotel sebaiknya juga dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Pemilihan transportasi – jika harus terbang – sebaiknya memilih penerbangan langsung untuk mengurangi emisi karbon. Kemudian, menggunakan transportasi publik ketika tiba di destinasi, atau memakai kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Penyajian makanan sebaiknya mengurangi penggunaan kertas, tidak menggunakan air dalam kemasan botol plastik, serta memilih bahan baku organik.
Selanjutnya memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan tak lagi mencetak materi seminar (paperless), meminimalisir dekorasi ruangan, dan menggunakan peralatan yang hemat energi.
Untuk pengelolaan limbah, jika terpaksa harus menggunakan kertas dan plastik, sebaiknya memilih atau memanfaatkan bahan yang dapat didaur ulang.
Sementara itu, guna meningkatkan kesadaran dan penerapan green meeting di sektor MICE, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) menggelar Southeast Asia Business Event Forum (SEABEF) pada 3 Februari 2023 di Yogyakarta, sebagai bagian rangkaian acara kegiatan ATF 2023.
Menurut Masruroh, Direktur MICE Kemenparekraf, selain meningkatkan kolaborasi sektor MICE di Asia Tenggara, dan menjajaki peluang ASEAN sebagai single destination for MICE, SEABEF juga dijadikan momentum pencanangan komitmen Indonesia dalam menerapkan green meeting.
Pasalnya, kelestarian lingkungan merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditawar guna memastikan keberlanjutan sektor MICE di kawasan ASEAN pada masa mendatang. Seperti yang diutarakan oleh antropolog budaya asal Amerika Serikat Margaret Mead, “We won’t have a society if we destroy the environment.” Yang kurang lebih mengandung makna, tidak akan ada masyarakat atau peradaban jika kita merusak lingkungan.
KOMENTAR
0