Setelah dua dekade, ASEAN Tourism Forum (ATF) kembali ke Yogyakarta. Semangatnya masih sama, yaitu menjadikan kawasan ASEAN sebagai single tourist destination.
Pariwisata punya peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data Statista.com, sebelum pandemi (2019) kontribusinya terhadap GDP mencapai US$393,12 miliar. Angka itu didapat dari pengeluaran 143 juta turis yang bertandang ke Asia Tenggara.
Pergerakan turis antarnegara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) juga terbilang akbar. Jumlahnya mencapai 51 juta turis pada 2019 dengan total pengeluaran mencapai US$145 miliar. Jadi boleh dibilang, pariwisata di kawasan ini hampir separuhnya ditopang oleh pergerakan turis antarnegara ASEAN.
Itulah kenapa perhelatan ATF yang berlangsung pada 2-5 Februari 2023 di Yogyakarta itu menjadi penting bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Kegiatan yang ditengarai diikuti oleh 350 exhibitor, 150 buyer, dan 190 delegasi itu bakal menjadi ajang kolaborasi dan promosi pariwisata ASEAN.
“Kesuksesan ATF ini menjadi kunci pengembangan pariwisata di negara ASEAN ke depan. Dan menjadi momentum strategis bagi untuk dapat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara sehingga target 7,4 juta kunjungan pada 2023 bisa kita capai,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Negara ASEAN lainnya juga mengharapkan hal serupa: Menjadikan ATF sebagai ajang untuk mengundang lebih banyak turis ke negaranya, terutama turis dari negara-negara ASEAN.
Komitmen bersama di antara negara ASEAN untuk memajukan pariwisata di kawasan Asia Tenggara ini lahir bersamaan dengan ATF perdana yang diselenggarakan pada 1981 lalu. Visi misinya tiada lain menjadikan kawasan ASEAN sebagai single tourist destination.
Tuan rumah penyelenggaraan ATF pun digelar secara bergantian di antara 10 anggota ASEAN. Indonesia telah beberapa kali menjadi tuan rumah, yaitu pada tahun 2002 (Yogyakarta), 2012 (Manado), dan 2023 (Yogyakarta).
Bagi Yogyakarta, perhelatan ATF juga menyimpan banyak cerita. Pada tahun 2002, ketika Yogyakarta menjadi tuan rumah, sebuah gedung pameran dan konvensi pertama dan terbesar di Yogyakarta pun berdiri, yang kini dikenal dengan nama Jogja Expo Center (JEC).
Gedung yang dibangun untuk menjamu para delegasi, buyer, dan exhibitor ATF 2002 itu diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pasca ATF, gedung berluas kurang lebih 17.090 meter persegi itu sempat sepi karena minat untuk menyelenggarakan acara di Yogyakarta belum ramai.
Namun, perlahan tapi pasti, JEC kemudian menjadi arena bermain para organizer untuk pelbagai acara. Tapi itu tak berlangsung lama, seiring kondisi gedung yang mulai lapuk dimakan usia.
Setelah dua dekade, kembalinya ATF ke Yogyakarta dijadikan momentum untuk Jogja Expo Center berbenah. Sejumlah perbaikan dilakukan untuk menyambut para peserta ATF 2023. Dan semoga, seusai ATF terlaksana, Jogja Expo Center tetap ramai acara.
KOMENTAR
0