Industri pameran di kawasan Asia akan mengalami pertumbuhan mencapai 7 persen pada 2025. Hal itu dipicu oleh rencana penambahan gedung pameran di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Daswar Marpaung, Board Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA), dalam acara Indonesia Business Event Forum (IBEF) yang berlangsung pada 5-6 November 2024, di Jakarta Convention Center. Menurutnya, total area pameran di seluruh dunia saat ini berluas 40 jutaan meter persegi, dan sekitar 30 persennya berada di kawasan Asia.
“Sampai 2032, pameran di asia akan bertumbuh rerata 7 persen setiap tahunnya. Ini pertumbuhan yang cukup tinggi,” katanya.
Menurutnya, salah satu negara yang masif membangun infrastruktur gedung pameran adalah China. Setiap gedung pameran yang dibangun di Negeri Tirai Bambu itu pun terbilang akbar, luasnya bisa mencapai ratusan ribu meter persegi.
Selain di China, penambahan fasilitas gedung pameran juga terjadi di Indonesia. Menurut Mark Cochrane, Regional Director Asia/Pacific dari UFI (Global Association of the Exhibition Industry) Indonesia merupakan salah satu pasar yang sangat menjanjikan di Asia, dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
“Investasi besar dalam infrastruktur, seperti venue baru akan menjadi faktor penting dalam mendukung perkembangan industri pameran. Indonesia masih menjadi pasar yang menarik bagi banyak pemain internasional yang ingin memperluas jangkauan di Asia Tenggara,” kata Mark.
Seperti diketahui, saat ini tengah berlangsung pembangunan gedung pameran dan konvensi baru di kawasan PIK 2. Venue anyar bernama Nusantara International Convention Exhibition (NICE) ditargetkan akan beroperasi pada September 2025.
Selain itu, Jakarta International Expo (JIExpo) juga berencana akan menambah hall baru untuk mengakomodasi permintaan pasar. “Dikarenakan banyaknya demand untuk menyelenggarakan event di JIEXPO sehingga manajemen mempertimbangkan untuk membangun hall baru agar dapat mengakomodasi tingginya permintaan organizer,” kata Ralph Scheunemann, Marketing Director PT. JIExpo.
Sementara itu, terkait dengan pengembangan industri pameran di Indonesia, Hosea Andreas Runkat, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI) menegaskan pentingnya kolaborasi dan sinergi antara private sector dan pemerintah.
“Itu menjadi tantangan terbesar. Jika kita bisa bersatu, industri ini akan tumbuh lebih pesat,” kata Andreas.
Menanggapi masalah itu, Firnandi Gufron Direktur MICE Kemenparekraf, mengungkapkan bahwa pemerintah sangat mendukung sektor MICE karena kontribusinya yang signifikan terhadap pariwisata berkualitas.
Pemerintah saat ini tengah mempersiapkan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan keberlanjutan sektor MICE. “Kami sedang memetakan venue-venue yang sudah memenuhi standar keberlanjutan dan akan mengupgrade yang belum sesuai dengan standar internasional,” tambahnya.
Guna mendukung pengembangan sektor MICE, pemerintah melalui Kemenparekraf juga memperkenalkan platform MICE.id. Platform ini bertujuan untuk menjadi pusat informasi dan agregator yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam industri MICE.
“MICE.id menyediakan data terkini tentang venue, jumlah kamar hotel, serta fasilitas lainnya untuk memudahkan para pelaku industri mendapatkan informasi yang dibutuhkan,” jelas Firnandi.
Melalui MICE.id, diharapkan seluruh sektor yang terlibat dapat mengakses informasi secara lebih efisien, sehingga mendukung keputusan bisnis yang lebih tepat dan mempercepat pengembangan sektor ini.
Dengan berbagai inisiatif dan upaya yang sedang berjalan, sektor MICE Indonesia semakin siap untuk berkembang lebih pesat dan menjadi pemain kunci di pasar global. “Kami yakin bahwa acara ini akan semakin memperlihatkan bahwa Indonesia siap bersaing di level internasional,” pungkas Andre.
KOMENTAR
0