Konferensi Internasional Mengenai Pariwisata Berkelanjutan akan Digelar di Yogyakarta

Tuesday, 24 October 17 Harry
International Conference on Sustainable Tourism
Wisatawan asing sedang menanam mangrove pada acara TIME 2012 di Lampung. Foto: Venuemagz/Wildan

Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan Badan Pariwisata Dunia (UNWTO), Global Sustainable Tourism Council, SECO (Pemerintah Swiss), Universitas Gadjah Mada, dan UNSDSN akan menyelenggarakan International Conference on Sustainable Tourism 2017 pada 31 Oktober hingga 1 November di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta.

Penyelenggaraan International Conference on Sustainable Tourism 2017 ini merupakan media untuk mengakselerasikan dan memastikan kemajuan penerapan pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan mengintegrasikan program destinasi pariwisata berkelanjutan, observatorium pariwisata berkelanjutan, dan sertifikasi pariwisata berkelanjutan.

International Conference on Sustainable Tourism yang pertama kali diselenggarakan itu akan dibuka oleh Gubernur Provinsi Daerah Istimewa  Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dan akan ditutup oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Konferensi tersebut akan menghadirkan pembicara antara lain Dirk Glaesser (Director for Sustainable Development of Tourism UNWTO), Prof. Chris Cooper (Department of Business and Management Oxford Brookes University), Randy Durband (GSTC Chief Executive Officer), Mari Elka Pangestu (Presiden United in Diversity), dan Hermawan Kertajaya (Founder dan Chairman Mark Plus Inc.).

BACA JUGA:   Seoul MICE Card Permudah Turis Bisnis Di Seoul

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharapkan percepatan penerapan pariwisata berkelanjutan dapat meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global, terutama dalam mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, pelestarian budaya, dan peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu percepatan dalam pencapaian peningkatan kualitas destinasi dan target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 serta peningkatan kontribusi pariwisata sebagai salah satu leading sector penghasil devisa utama dan sebagai penyumbang PDB nasional, hal ini selaras dengan prinsip pariwisata berkelanjutan, yakni “semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan”.

Dadang Rizki Ratman, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, menjelaskan, penyelenggaraan ICST 2017 merupakan tindak lanjut dari kegiatan Indonesia Sustainable Tourism Award 2017.  “ICST 2017 juga menjadi wadah bagi semua destinasi untuk berbagi pengalaman dalam penerapan pariwisata berkelanjutan,” kata Dadang.

BACA JUGA:   Berburu Tiga Kuliner Langka di Bulan Ramadan

Dadang mengatakan, dalam rangkaian event konferensi internasional tersebut juga akan dilakukan penandatanganan MoU antara Kementerian Pariwisata dengan 11 Pemerintah Kabupaten/Kota dan universitas yang akan menjadi dasar bagi pembentukan Pusat Monitoring Observatorium Pariwisata Berkelanjutan serta penandatanganan MoU dengan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengenai pembangunan industri pariwisata berkelanjutan agar mengacu pada prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.

Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Dr. FransTeguh menambahkan, dalam konferensi tersebut juga akan merumuskan Deklarasi Yogyakarta untuk pariwisata berkelanjutan,  strategi rencana agenda dan rencana aksi untuk percepatan penerapan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

BACA JUGA:   Naik Dua Peringkat Pada Global Muslim Travel Index, Indonesia Susun Panduan Pariwisata Halal

Kementerian Pariwisata pada kesempatan itu juga akan meluncurkan Forum Wonderful Indonesia Sustainable Tourism Observatory (WINSTO), Forum Sustainable Tourism Destination (STD), dan Indonesia Sustainable Tourism Dashboard. “Forum WINSTO ini ditujukan agar perguruan tinggi dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata di wilayah observasi masing-masing dan pemangku kepentingan lokal dapat terlibat aktif di dalam pengukuran risiko, biaya, dampak, dan peluang pengembangan pariwisata melalui pendekatan inklusif dan partisipatif di destinasi pariwisata berkelanjutan,” kata Frans Teguh.