Nusa Tenggara Timur (NTT) diklaim mampu menjadi pariwisata berkelas dunia karena memiliki kekayaan alam, budaya, hingga masyarakat yang mendukung di dalamnya. NTT terdiri dari 1.192 pulau yang seringkali dijuluki sebagai “ring of beauty”.
Beberapa pulau yang terkenal di NTT disebut dengan Flobamora, yakni kepulauan Flores, Sumba, Timor, dan juga Alor. Dengan segala keaslian dan keunikannya, pulau-pulau yang berada di NTT dinyatakan layak menjadi salah satu destinasi kelas dunia.
Melihat potensi tersebut, sebuah buku terkait pariwisata NTT terbit di tengah pandemi pada 23 Desember 2020. Buku berjudul Kepariwisataan NTT Menuju Kelas Dunia ditulis langsung oleh Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) Sapta Nirwandar bersama Frans Teguh selaku Staf Ahli bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kedua pelaku pariwisata tersebut menuangkan segala potensi dan kapasitas kepariwisataan NTT ke dalam buku tersebut. Buku ini juga membedah langkah-langkah strategis dalam mengelola potensi dan ekosistem pariwisata yang berada di NTT.
“Nusa Tenggara Timur itu super-lengkap di dalamnya, tidak hanya dari segi daratan, tetapi juga memiliki potensi yang besar di perairannya. Dengan potensi yang dimiliki tersebut, sudah dipastikan daerah tersebut kaya dan memiliki pendapatan per kapita yang tinggi sehingga layak untuk menjadi destinasi wisata dunia,” ungkap Sapta.
Tak sekadar mengandalkan potensi alam dan budaya yang dimilikinya, pariwisata NTT juga masih harus dikembangkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Sapta, beberapa hal yang harus dilakukan dari pariwisata NTT ialah memiliki destinasi berkualitas, produk wisata dengan DNA lokal yang unik, dan menyelenggarakan event berstandar internasional.
Selain itu, pariwisata NTT juga harus didorong dengan champion lokal yang berkarakter, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, profesional, memiliki sense of hospitality, dan juga berjiwa wirausaha. Pariwisata NTT juga harus didukung dengan penyajian informasi dan interpretasi yang berbobot dan penerapan tata kelola manajemen destinasi yang profesional serta andal.
Sebagai putra kelahiran NTT, Frans Teguh juga menambahkan bahwa upaya untuk menjadikan pariwisata NTT berkelas dunia harus sejalan dengan penerapan aspek berkelanjutan. Selain dapat melindungi lingkungan sekitar, aspek ini juga dapat menyejahterakan masyarakat daerah NTT secara turun menurun.
“Kita perlu menjalankan model pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat dan juga kepariwisataan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang serius. Penerapannya pun juga harus dilakukan oleh berbagai pihak, tidak hanya masyarakat, tetapi juga pelaku usaha, akademisi, pemerintah daerah, kementerian, serta media,” ucap Frans.
Ni Wayan Giri Adnyani, Sekretaris Kemenparekraf, mengatakan bahwa NTT dapat menjadi salah satu destinasi yang berkualitas dan berkelas dunia. Dengan daya tarik berupa alam dan budaya, NTT mampu memberikan keunikan tersendiri terhadap pariwisata yang berada di daerahnya. Apalagi, saat ini NTT sudah memiliki berbagai event budaya yang sudah terkenal di kalangan masyarakat dalam negeri maupun internasional.
“Salah satu event budaya yang terkenal di sana itu perayaan Paskah di daerah Larantuka yang dihadiri ribuan peziarah dari berbagai daerah Indonesia dan juga luar negeri. Dengan begitu, sudah jelas bahwa NTT memiliki potensi, kapasitas, reputasi, sekaligus tantangan menjadi destinasi berkelas dunia,” jelas Giri.
KOMENTAR
0