Rupiah Melemah, Kunjungan Wisman Diharap Meningkat Pesat 

Tuesday, 25 June 24 Khanisa Azahra
Bali

Indonesia sedang menghadapi tantangan ekonomi dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Namun, di balik tantangan ini tersembunyi peluang emas bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Fenomena ini membuka kesempatan bagi wisatawan mancanegara untuk menikmati “affordable luxury” atau kemewahan yang terjangkau di Indonesia.

Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, mengungkapkan bahwa pendapatan per kapita Indonesia terus menunjukkan tren positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan signifikan dari Rp59,3 juta pada 2019 menjadi Rp75 juta pada 2023. Meskipun sempat mengalami penurunan pada 2020 akibat pandemi COVID-19, pertumbuhan kembali terjadi pada tahun-tahun berikutnya.

Konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar 53,18% terhadap PDB. Pola konsumsi masyarakat Indonesia pun mulai bergeser. Data menunjukkan peningkatan pengeluaran untuk restoran dan hotel sebesar 6,38% pada 2023. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia semakin gemar berwisata dan menikmati pengalaman kuliner.

BACA JUGA:   Kunjungan Wisman Mencapai 9,09 Juta pada Januari sampai Agustus 2024

Wisatawan nusantara (wisnus) juga menunjukkan tren positif. Pada 2023, tercatat 825,80 juta perjalanan wisnus. Tujuan utama perjalanan ini adalah berlibur sebesar 44,17 persen, diikuti bisnis sebesar 24,57 persen, dan kunjungan keluarga atau teman sebesar 18,7 persen. Pola pengeluaran wisnus didominasi oleh akomodasi sebesar 22,82 persen, transportasi sebesar 20,93 persen, dan makanan-minuman sebesar 17,69 persen.

Menariknya, data menunjukkan bahwa wisatawan laki-laki memiliki pengeluaran lebih besar dibandingkan perempuan. Sekitar 66,51% pelaku perjalanan adalah laki-laki dengan rata-rata pengeluaran Rp2,65 juta per perjalanan, sementara perempuan hanya 33,49% dengan rata-rata pengeluaran Rp2,41 juta.

Generasi milenial mendominasi 70% pelaku perjalanan, diikuti oleh Gen Z sebesar 18%. Tingkat pendidikan juga berkorelasi positif dengan kecenderungan berwisata, dengan 69,67% pelaku perjalanan merupakan lulusan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi dan kesadaran akan pentingnya berwisata semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia.

BACA JUGA:   Ada 7,7 Juta Wisman Masuk Indonesia Hingga Juli 2024

Sektor pariwisata Indonesia juga menunjukkan kesiapan dalam menyambut wisatawan. Tourism Product Ratio menunjukkan tingkat penyerapan yang tinggi pada beberapa sektor. Akomodasi mencapai 94,25 persen, angkutan udara 98,22 persen, dan agen perjalanan serta reservasi 88,5 persen. Ini mengindikasikan bahwa industri pariwisata Indonesia siap memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Meski kontribusi pariwisata terhadap PDB tercatat sebesar 3,72%, angka ini tidak menggambarkan keseluruhan dampak sektor ini terhadap perekonomian. Nia Niscaya menekankan pentingnya keseimbangan antara wisatawan nusantara dan mancanegara. 

“Wisnus itu ibaratnya kantong kanan-kantong kiri, tapi wisman itu nambah uangnya. Kita perlu banget tambahan uang, ada kantong-kantong baru untuk menambah uang kita,” ujar Nia.

BACA JUGA:   Kunjungan Wisman ke Indonesia Meningkat 20 Persen pada Januari-November 2024

Di tengah melemahnya nilai tukar rupiah, Nia menyoroti peluang emas bagi wisatawan mancanegara untuk menikmati affordable luxury di Indonesia. Ia mendorong masyarakat Indonesia yang masih memiliki daya beli untuk berlibur di dalam negeri guna mencegah kebocoran devisa. Sebaliknya, ini adalah momen tepat untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang dapat memberikan suntikan devisa bagi perekonomian nasional.

“Ini adalah momen ketika rupiah melemah. Ambil wismannya, tingkatkan perjalanan domestik. Insya Allah rupiah akan kembali pada posisi yang stabil nilai tukarnya,” tutup Nia.