Sandiaga Uno Ingin Jadikan Indonesia Pusat Eknonomi Syariah Dunia

Friday, 24 September 21 Bonita Ningsih

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia khususnya wisata halal. Menurutnya, cara ini mampu mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas khususnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Menurut Sandiaga, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri halal karena didukung dengan banyaknya penduduk muslim di dalamnya. Selain itu, pengeluaran sektor halal di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga dinilai mampu menjadi pusat ekonomi syariah dunia.

BACA JUGA:   Kementerian Pariwisata Targetkan 100.000 Homestay Desa Wisata

Berdasarkan data yang diterima, pengeluaran sektor halal di Indonesia pada tahun 2019 telah mencapai US$220 miliar. Angka ini diproyeksikan akan terus bertambah hingga tahun 2025 mendatang dengan jumlah US$330,5 miliar.

“Pengembangan ekonomi kreatif syariah ini harus 360 derajat. Fokusnya apa yang kita makan sehari-hari, apa yang kita pakai sehari-hari dan apa yang kita lihat sehari-hari, yaitu halal food, modest fashion, media and recreation,” ungkap Sandiaga.

BACA JUGA:   Jagoan Pariwisata, Program Kolaborasi Edukatif Kemenparekraf Bersama tiket.com 

Dalam hal ini, Kemenparekraf telah menyiapkan berbagai program untuk mendorong peningkatan ekonomi syariah di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah program fasilitasi akses pembiayaan syariah seperti Modest Fashion Founders Fund, Islamic Creative Economy Competition (ICEC), Kelas Manajemen Keuangan Syariah, hingga Temu Bisnis Perbankan Syariah.

Program terbaru yang akan dilaksanakan Kemenparekraf adalah Santri Digitalpreneur Indonesia. Melalui program ini, Sandiaga, berharap agar Indonesia memiliki banyak enterpreneur muda untuk membantu memulihkan kembali perekonomian bangsa, khususnya di bidang parekraf.

BACA JUGA:   Relaunching Pusat Unggulan Urologi, RSKB Columbia Asia Pulomas Berikan Layanan Kesehatan Terbaik

“Saya melihat peluang yang sangat besar karena Indonesia memiliki 4,3 juta santri yang membutuhkan pelatihan dan pendampingan. Selain memiliki dua kekuatan utama yaitu memahami islam yang rahmatan lil alamin dan memiliki akhlakul karimah, para santri juga punya kemampuan enterprenurship,” ucapnya lagi.