Bisnis MICE ditengarai dapat menjadi sektor unggulan pariwisata nasional. Pasalnya turis MICE memiliki spending yang tiga kali lebih besar dari turis leisure. Selain itu setiap acara MICE yang berlangsung memiliki dampak ekonomi yang akbar.
“Sahabat VENUE bisa membantu memberikan usulan Siapakah Sosok Menteri pariwisata yang Dapat Membesarkan Industri MICE? Dengan cara mengisi form survey ini.”
Semisal kegiatan IMF-WBG Annual Meetings pada tahun lalu. Berdasarkan hitungan Bappenas, turunan ekonominya mencapai Rp5,5 triliun. Angka itu berasal dari nilai investasi infrastruktur selama persiapan dan pengeluaran peserta saat bertandang ke Bali. Manfaat jangka panjangnya lebih akbar, selama acara berlangsung tercatat kerjasama investasi yang ditandatangani BUMN mencapai Rp202 triliun.
Selain itu, pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings juga mendongkrak reputasi Indonesia di mata dunia. Pasalnya, ribuan media internasional yang meliput acara tersebut merupakan promosi gratis bagi Indonesia, terutama untuk Bali. “Bila liputan media dikalkulasikan sebagai iklan, nilainya mencapai triliunan rupiah,” kata Iqbal Alan Abdullah, Ketua INCCA ( Indonesia Congress and Convention Association).
Perihal kualitas turis MICE juga diutarakan oleh Ika Nazaruddin, Public Relation Manager Pacto Convex. Menurutnya, strata ekonomi dan pendidikan turis MICE pun terbilang tinggi, sehingga berpotensi untuk kembali datang (lagi) sebagai turis leisure.
“Karena turis MICE memiliki posisi penting di perusahaan ataupun instansi, ia juga dapat menjadi influencer. Ia akan menyarankan kepada koleganya untuk bertandang ke destinasi,” kata Ika.
Sementara itu, Susilowani Daud, Direktur Utama Pacto Convex, mengharapkan Kementerian Pariwisata tak meluluh mengejar pertumbuhan dari kuantitas turis mancanegara. Katanya, terpenting jumlah devisa yang dihasilkan. “Bilang 20 juta wisman, tapi devisa yang masuk sedikit, ngapain. Harusnya lebih kepada kualitas. Dan turis berkualitas itu turis MICE,” katanya.
Serupa dengan sektor pariwisata, bisnis MICE Indonesia juga tertinggal apabila disandingkan dengan negara tetangga. Dalam rangking ICCA (The International Congress and Convention Association), Singapura berada diperingkat 26 dengan 160 meetings (83.762 peserta), Thailand diperingkat 25 dengan 163 meetings (65.711 peserta), dan Malaysia berada diperingkat 37 dengan 112 meetings (49.306 peserta). Sementara Indonesia berada diperingkat 40 dengan mengoleksi 89 meetings (30.268 peserta).
Untuk meningkatkan pamor Indonesia sebagian destinasi MICE dunia, plus meningkatkan pendapatan devisa, campur tangan pemerintah menjadi faktor kunci. Ya, seperti yang dilakukan oleh negara tetangga.
Pada Kabinet Kerja, sektor MICE dalam struktur organisasi Kementerian Pariwisata, memang dipandang sebelah mata. Setidaknya itu tecermin dari hilangnya Direktorat MICE yang telah lama diperjuangkan oleh stakeholder sejak dua dekade lalu.
KOMENTAR
0