Wisatawan Global Anjlok 117,1 Persen

Wednesday, 29 July 20 Bonita Ningsih
Turis di kawah ijen
Foto: Venuemagz/Erwin

Pariwisata menjadi salah satu industri yang paling berdampak dengan adanya pandemi COVID-19. Bahkan, memasuki bulan keenam secara global, industri ini masih saja mendapat hantaman dari keberadaan virus tersebut. Kerugian yang didapat pun tidak sedikit sehingga banyak pelaku usaha yang sulit untuk mempertahankan bisnisnya.

Dalam acara daring Planet Tourism Indonesia 2020, Mario Hardy, CEO Pacific Asia Travel Association (PATA), menjelaskan bahwa saat ini jumlah wisatawan global terjadi penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dilihat dari persentase pemesanan perjalanan internasional sejak Januari hingga Juni 2020, yakni menyentuh angka minus 117,1 persen.

Menurutnya, wilayah Amerika dan Asia Pasifik menjadi daerah yang paling terpuruk merasakan imbas penurunan wisatawan global. Berdasarkan data yang ia dapat, terjadi penurunan kunjungan minus 131,6 persen bagi wisatawan Amerika dan 125,1 persen bagi wisatawan Asia Pasifik.

Penurunan jumlah wisatawan tidak hanya berimbas pada gross domestic product (GDP) tiap wilayah, namun juga terhadap jumlah pekerja di industri pariwisata. Hardy mengatakan, pada 2019 GDP sektor travel dan pariwisata berhasil mencapai 10,3 persen dari ekonomi global atau setara dengan US$8,9 triliun. Namun, pada tahun 2020, angka GDP mengalami kemerosotan hingga US$2,1 triliun atau sebesar 23 persen.

Bahkan, sebanyak 75 juta pekerja di sektor travel dan pariwisata terancam tidak bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19. Pasalnya, terdapat 65 persen industri secara global tidak siap menghadapi krisis ini dan 38 persen di antaranya terpaksa memutuskan kontrak kerja dengan karyawannya.

“Mereka semua itu tidak siap dalam menghadapi krisis ini, makanya saya berharap agar pariwisata segera bangkit dan melakukan perubahan pemulihan,” ungkap Hardy.

Menurut Hardy, pemulihan pariwisata di masa pandemi akan melewati lima fase, yakni dimulai dari kehilangan wisatawan, masyarakat fokus pada penurunan jumlah kasus, munculnya keberanian masyarakat lokal mengunjungi tempat umum seperti restoran, kembali hadirnya kegiatan wisata domestik, dan dimulainya kegiatan pariwisata internasional.

Halaman : 12

Pariwisata menjadi salah satu industri yang paling berdampak dengan adanya pandemi COVID-19. Bahkan, memasuki bulan keenam secara global, industri ini masih saja mendapat hantaman dari keberadaan virus tersebut. Kerugian yang didapat pun tidak sedikit sehingga banyak pelaku usaha yang sulit untuk mempertahankan bisnisnya.

Dalam acara daring Planet Tourism Indonesia 2020, Mario Hardy, CEO Pacific Asia Travel Association (PATA), menjelaskan bahwa saat ini jumlah wisatawan global terjadi penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dilihat dari persentase pemesanan perjalanan internasional sejak Januari hingga Juni 2020, yakni menyentuh angka minus 117,1 persen.

BACA JUGA:   Oktober Akan Menjadi Hari MICE

Menurutnya, wilayah Amerika dan Asia Pasifik menjadi daerah yang paling terpuruk merasakan imbas penurunan wisatawan global. Berdasarkan data yang ia dapat, terjadi penurunan kunjungan minus 131,6 persen bagi wisatawan Amerika dan 125,1 persen bagi wisatawan Asia Pasifik.

Penurunan jumlah wisatawan tidak hanya berimbas pada gross domestic product (GDP) tiap wilayah, namun juga terhadap jumlah pekerja di industri pariwisata. Hardy mengatakan, pada 2019 GDP sektor travel dan pariwisata berhasil mencapai 10,3 persen dari ekonomi global atau setara dengan US$8,9 triliun. Namun, pada tahun 2020, angka GDP mengalami kemerosotan hingga US$2,1 triliun atau sebesar 23 persen.

BACA JUGA:   KEHATI Ajak Anak-Anak Muda Dunia Peduli Pariwisata Berkelanjutan

Bahkan, sebanyak 75 juta pekerja di sektor travel dan pariwisata terancam tidak bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19. Pasalnya, terdapat 65 persen industri secara global tidak siap menghadapi krisis ini dan 38 persen di antaranya terpaksa memutuskan kontrak kerja dengan karyawannya.

“Mereka semua itu tidak siap dalam menghadapi krisis ini, makanya saya berharap agar pariwisata segera bangkit dan melakukan perubahan pemulihan,” ungkap Hardy.

BACA JUGA:   Industri Penerbangan Indonesia Terpuruk

Menurut Hardy, pemulihan pariwisata di masa pandemi akan melewati lima fase, yakni dimulai dari kehilangan wisatawan, masyarakat fokus pada penurunan jumlah kasus, munculnya keberanian masyarakat lokal mengunjungi tempat umum seperti restoran, kembali hadirnya kegiatan wisata domestik, dan dimulainya kegiatan pariwisata internasional.