Dampak dari pandemi COVID-19 melumpuhkan hampir semua industri, terutama pariwisata. Turunnya jumlah kunjungan wisatawan berimbas pada sepinya pengunjung hotel dan restoran. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani saat menjadi pembicara di Planet Tourism Indonesia 2020.
Konferensi tingkat internasional yang diselenggarakan oleh MarkPlus Tourism ini digelar secara daring dan melibatkan banyak pembicara dari berbagai belahan negara dunia. Acara ini membahas berbagai aspek terkait pariwisata dunia mulai dari dampak pandemi COVID-19 hingga cara mengatasinya.
Pada kesempatan ini Haryadi mengungkapkan terjadi penurunan tingkat hunian hotel selama pandemi COVID-19 menyerang Indonesia. Pada bulan Mei 2020, tingkat hunian hotel di Indonesia hanya mencapai 14,45 persen. Angka ini tentu memprihatinkan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bila dibagi berdasarkan wilayah, tingkat hunian hotel Jakarta hanya mencapai 20 persen di bulan Januari hingga Juli 2020, sementara di Batam hanya mencapai 10 persen, Yogyakarta 10 persen, dan daerah yang paling berdampak ialah Bali dengan hanya 1 persen.
Haryadi mengatakan, penurunan bisnis ini tidak hanya dirasakan oleh sektor hotel dan restoran, tetapi juga sektor lainnya di pariwisata. Ia mencontohkan, pada Mei 2020 ini, sektor penerbangan domestik juga mengalami penurunan sebesar 98,34 persen jika dibandingkan dengan Mei tahun lalu.
“Potensi yang hilang dari industri pariwisata bisa mencapai US$6 miliar selama periode Januari hingga Juni 2020,” ungkap Haryadi.
Mirisnya lagi, pada kuartal dua tahun 2020, akan ada sekitar 2.000 hotel dan restoran yang terpaksa ditutup akibat pandemi. Penutupan ini menyisakan kerugian masing-masing sebesar Rp40 triliun dan Rp45 triliun.
Dengan banyaknya kerugian bisnis yang terjadi di industri pariwisata, Haryadi berharap agar ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Selain memberikan stimulus, peran pemerintah di sini juga sebagai pemegang kendali bagi pemulihan COVID-19.
Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan dibukanya kembali destinasi wisata di beberapa daerah Indonesia. Dalam hal ini, faktor kesehatan, kebersihan, dan keamanan akan menjadi poin utama bagi daerah yang akan dibuka kembali pariwisatanya.
“Pembukaan destinasi wisata ini sedikit demi sedikit akan memulihkan sektor kami. Saya senang karena pada Juli ini Bali sudah dapat membuka akses pariwisata bagi turis domestik dan di September akan mencoba membuka turis asing,” jelasnya lagi.
Selain pembukaan destinasi di beberapa daerah, saat ini pemerintah juga tengah mempersiapkan pembukaan taman nasional secara perlahan. Wiratno, Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengungkapkan, pada tahap satu nanti, akan ada 20 taman nasional dan wisata alam yang dibuka. Namun, jika dalam pembukaannya terdapat pelanggaran atau cluster baru terkait COVID-19, maka wisata tersebut akan ditutup kembali.
“Setiap minggunya akan kita lakukan evaluasi. Pada dasarnya, kita melakukan ini untuk mengembalikan sektor rill pada pendukung wisata tersebut,” ungkap Wiratno.
KOMENTAR
0