Berbekal pengalaman selama 27 tahun di bisnis kontraktor stan pameran, Febriana berhasil membuat bisnis Wanindo berlari lebih kencang. Tahun ini ia menargetkan menangani proyek pembangunan 1.500 stan pameran.
Kiprah di industri kontraktor stan pameran dirintisnya lebih dari seperempat abad lalu. Ketika itu, Febriana diminta untuk membantu menangani pameran di bidang kedokteran. Kinerjanya yang elok pun memikat Iwan Jahya dan meminta ia bergabung dengan perusahaan yang dipimpinnya, Wanindo Prima, pada 1994.
Bersama Iwan—yang kemudian menjadi pendamping hidupnya, ia berbagi tugas membesarkan Wanindo. Urusan keuangan dan pemasaran ditanganinya, sedangkan Iwan menangani perihal desain dan produksi.
Salah satu acara perdana yang sukses ditanganinya ialah Gateway, perusahaan asal Amerika Serikat yang meminta menangani konstruksi pada penyelenggaraan golf course dan pameran yang diselenggarakan di Bogor. Kesuksesan itu membuat nama Wanindo kian harum. Beberapa perusahaan besar semisal Toshiba, Acer, Metrodata, dan King Foto kemudian memercayakan kebutuhan stan pamerannya pada Wanindo.
Kolaborasi sepasang suami-istri itu berhasil membuat nama Wanindo terbang tinggi. Tahun lalu, Wanindo berhasil menangani 1.100 stan pameran. Wanindo pun optimistis mampu mencapai target 1.500 stan pameran hingga akhir tahun 2020.
Selain itu, kini Wanindo telah memiliki kantong pendapatan baru dari dua brand: Senindo Prima yang bergerak di bidang interior, dan Cisco yang fokus menggarap pasar modular system (official contractor). Jumlah karyawannya pun telah mencapai 297 orang yang tersebar di empat lokasi workshop: Legok (Tangerang), Semanan (Jakarta Barat), Dadap (Tangerang), dan Surabaya.
“Saya dengan suami saling komunikasi dan bersinergi, kuncinya adalah komunikasi dan mencari solusi. Di rumah tidak membicarakan bisnis, hanya masalah keluarga,” kata Febriana.
Menurut Febriana, perjalanan bisnis Wanindo memang tak melulu mulus. Saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997-1998 misalnya, Wanindo sepi order. Saat itu, kegiatan pameran di Jakarta terhenti, tidak ada pekerjaan yang ditangani. Untuk bertahan, Wanindo melakukan efisiensi dengan memberlakukan sistem kerja shift (per dua minggu) kepada karyawannya. Walhasil, Wanindo pun hanya membayar karyawan separuh gaji.
Beruntung, pola kerja shift itu tak berlangsung lama, hanya sekitar dua bulan. Pasalnya, Wanindo dipercaya klien untuk menangani pekerjaan interior semisal membereskan kantor dan toko yang rusak pasca-kerusuhan.
Menurut Febriana, untuk mendapatkan kepercayaan klien, cara berkomunikasi dan menguasai product knowledge merupakan kunci. “Jika ada masalah, kita komunikasi dengan cara terbaik sehingga klien dapat menerima dan dapat memberikan solusi. Ini sesuai moto kami, yaitu menjadi yang terbaik untuk para customer,” katanya.
Selain itu, adanya target yang hendak dicapai juga penting sebagai arah pencapaian perusahaan. “Dalam satu tahun ada proyek apa saja (prospek), dan berapa yang ingin dikejar. Lalu, itu disosialisasikan dan dikomunikasikan pada departemen lain supaya mereka saling support,” jelas Feby.
Berdasarkan pengalamannya membangun kerajaan bisnis Wanindo bersama sang suami, Febriana melihat bahwa sumber daya manusia merupakan aset vital yang harus diramu dengan baik dan benar. Oleh karena itu, ia menganggap mereka bukan sebagai karyawan, melainkan sebagai mitra kerja.
Selain suasana bernuansa kekeluargaan yang dibangun, ia pun kerap memberikan kesempatan kepada timnya untuk meningkatkan kompetensinya, semisal untuk mengikuti pelatihan dan juga melakukan sertifikasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
“Mereka menganggap kami sebagai orang tua, dan kantor ini (Wanindo) menjadi rumah kedua bagi mereka,” kata Febriana.
Bagi mereka yang berprestasi, Febriana pun tak segan untuk memberikan apresiasi. Bentuk apresiasi itu tak melulu soal kenaikan gaji, tapi juga diberikan dalam bentuk insentif berupa perjalanan umrah bagi mereka yang beragama Islam.
“Memang tujuan perusahaan adalah mencari profit, tetapi kami tidak gila-gilaan dengan profit. Kami selalu bersyukur dan melayani dengan hati,” kata Febriana.
KOMENTAR
0