Dalam rangka mendukung industri MICE di Sumatera Barat, khususnya di Padang, pada 13 September 2017 Hotel Grand Inna Padang meluncurkan kembali ballroom Padang Convention Center (PCC) usai melakukan renovasi. Kehadiran Padang Convention Center, yang memiliki kapasitas hingga 2.000 orang, diharap dapat mempromosikan Sumatera Barat sebagai destinasi MICE dan tujuan wisata halal.
Hotel Grand Inna Padang—yang dimiliki oleh PT Hotel Indonesia Natour—dengan demikian memiliki fasilitas ruang konvensi yang terbesar, lengkap, serta pelayanan yang mewah. Hotel ini juga memiliki area parkir luas yang bisa menampung lebih dari 400 kendaraan. Selain itu, para tamu juga bisa menikmati menu racikan chef hotel di Ranah Minang Coffeeshop dan Batandang Lounge dengan menu Western, oriental, dan tradisional.
Padang Convention Center terletak di jantung kota, dengan posisi yang sangat strategis di kawasan area bisnis dan perkantoran yang mudah diakses dari berbagai tempat. Hotel Grand Inna Padang memiliki 168 kamar, dengan fasilitas kolam renang dan 14 ruang meeting.
Beberapa acara besar yang pernah diadakan di Padang Convention Center antara lain Islamic Fashion festival (2014), KTT Pertanian Se-ASEAN (2016), Seminar Internasional Badan Penanggulangan Bencana (2016), Tour De Singkarak Official Hotel (2009 s/d 2016), Komodo Exercise (2016), KTT International Ocean Rim Association (2016), dan Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika (2017).
Grand Inna Padang merupakan salah satu hotel BUMN di bawah naungan PT Hotel Indonesia Natour (Persero). Sejarah berdirinya hotel ini sangat panjang seiring dengan perkembangan kota Padang dari masa ke masa. Grand Inna Padang berdiri pada tahun 1918 dengan nama Oranje Hotel dengan pemilik pertama adalah warga negara Belanda yang bernama Wilheminus Fransiscus Johanes Jensen. Pada 1949, hotel ini diambil alih oleh pihak Jepang dan berganti nama menjadi Yamato Hotel pada tahun 1949. Pada 1952, hotel ini beralih nama menjadi Hotel Muara, seiring dengan nasionalisasi semua aset milik pemerintah Belanda. Hotel Muara diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1959.
Pada tahun 1962-1966 Hotel Muara berada dalam lingkungan Departemen Perhubungan Darat, Pos Telekomunikasi dan Pariwisata diawasi oleh suatu badan Direktorat Umum Perhotelan. Pada periode 1966-1970 Hotel Muara berada di bawah Lembaga Pariwisata Nasional yang langsung bertanggung jawab kepada Presidium Kabinet, sedangkan pada 1971-1973 hotel ini di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pariwisata, dan pada 1973-1975 sesuai dengan PP.4/73 operasional sebanyak 14 buah hotel diserahkan kepada PT Natour, termasuk di dalamnya Hotel Muara PP.4/73 dan PP.25/75.
PT Hotel Indonesia Natour (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan jasa perhotelan, dan kini memiliki nama bisnis Inna Hotels & Resorts. PT Hotel Indonesia Natour didirikan pada 5 Agustus 1962, bertepatan dengan peresmian Hotel Indonesia Jakarta oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Hotel Indonesia Natour melaksanakan program transformasi perusahaan 2017-2021, sejalan dengan penugasan yang diberikan oleh Kementerian BUMN, di mana pada tanggal 28 September 2016 Menteri BUMN Rini Soemarno membentuk konsolidasi seluruh hotel yang dimiliki BUMN dalam sinergi Hotel Indonesia Group (HIG), dan Hotel Indonesia Natour ditunjuk sebagai koordinator.
Hotel Indonesia Natour memiliki 14 unit hotel dan resor di Bali, Jawa, dan Sumatera, yakni Inaya Putri Bali Nusa Dua, Grand Inna Kuta, Grand Inna Padang, Grand Inna Bali Beach, Grand Inna Malioboro, Grand Inna Tunjungan, Grand Inna Samudra Beach, Grand Inna Medan, Inna Bali Beach Garden, Inna Bali Beach Resort, Inna Tretes Hotel & Resort, Inna Parapat Hotel & Resort, Inna Sindhu Beach Hotel & Resort, dan Inna Bali Heritage Hotel.
KOMENTAR
0