Dari sekitar satu juta wisman yang bertandang ke Sabah setiap tahunnya, mayoritas berwisata di kaki dan pucuk Kinabalu. Gunung ini juga telah populer sebagai destinasi wisata insentif.
Unsur wow mutlak ada dalam program wisata insentif. Program tak melulu harus mahal. Peserta juga tak harus selalu dimanjakan oleh fasilitas serba wahid. Kegiatan yang memacu adrenalin dan menantang bahaya kerap menjadi pengalaman berkesan yang ditawarkan oleh DMO (Destination Management Organization), contohnya mendaki gunung tertinggi sejagat atau menjelajahi padang es Antartika.
Di utara Pulau Borneo, tepatnya di Sabah—provinsi seluas 74.500 kilometer persegi—menawarkan paket wisata insentif bernuansa ekoturisme dengan sensasi yang terbilang lumayan: mendaki salah satu pucuk gunung tertinggi di kawasan Asia: Gunung Kinabalu dengan tinggi 4.095 meter yang tercantum dalam daftar World Natural Heritage UNESCO.
Gunung yang setiap tahunnya bertambah tinggi sekitar lima milimeter itu terbilang ramah bagi pendaki amatir. Fasilitas yang tersedia juga sangat prima. Di setiap pos peristirahatan misalnya, tersedia toilet yang bersih, air minum, dan papan informasi mengenai keberadaan flora dan fauna di sekitar pos. Menjelang puncak, terdapat sebuah penginapan di kawasan Laban Rata. Properti yang dikelola oleh Sutera Sanctuary Lodge ini memiliki 74 kamar dengan fasilitas kasur empuk dan selimut hangat, ditambah ruang makan yang menyajikan aneka hidangan dalam konsep prasmanan.
Penginapan di Laban Rata menjadi tempat bermalam favorit pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak Low’s, pucuk tertinggi Kinabalu. “Tubuh, ‘kan, juga butuh istirahat supaya tetap prima, selain itu panorama di sekitar gunung sayang untuk dilewatkan,” kata Alex, salah satu pemandu di Kinabalu.
Ketika bertandang ke Kinabalu, memang ada pengalaman berkesan yang tak dijumpai ketika mendaki gunung-gunung di Indonesia. Selain bersih dan dilengkapi fasilitas yang mumpuni, gunung yang termaktub dalam kawasan Taman Nasional Kinabalu ini dikelola dengan filosofi yang ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial.
Setiap grup yang akan mendaki diwajibkan untuk menggunakan jasa pemandu yang juga berfungsi sebagai porter dan petugas kebersihan. Biaya untuk satu pemandu sekitar RM85 per perjalanan. Kemudian, setiap pendaki juga diwajibkan membayar RM15 untuk kegiatan konservasi di kawasan taman nasional.
Bahkan, agar aktivitas pendakian tak mengusik ekosistem, jumlah pendaki dibatasi, maksimal 100 orang. Bila lebih dari itu, Sutera Sanctuary Lodge, selaku pengelola penginapan di Laban Rata, akan menutup pendaftaran untuk pendakian.
Mendaki Separuh Hari
Terdapat dua jalur pendakian untuk menuju Puncak Low’s: Timpohon dan Mesilau. Dibandingkan jalur Mesilau, jalur Timpohon relatif lebih pendek dan kondisi medannya tak terlalu curam. Wajar bila Timpohon menjadi favorit para pendaki.
Dari gerbang Timpohon, pendaki harus mendaki sejauh delapan kilometer atau sekitar 12-14 jam perjalanan untuk mencapai puncak gunung. Sebelum memulai pendakian, setiap grup wajib berkumpul di pos pendaftaran guna mengisi formulir dan mendapat name tag yang nantinya akan digunakan untuk check-in di beberapa pos peristirahatan. Pos pendaftaran juga berfungsi sebagai tempat penitipan barang-barang yang tak akan dibawa mendaki. Biaya yang dikenakan untuk menitipkan barang adalah RM10 per tas.
Sekitar 500 meter berjalan dari gerbang Timpohon, terdapat Air Terjun Carson yang berair jernih. Setelah itu, pendaki akan melewati beberapa pos peristirahatan, seperti Kandis Shelter, Uboh Shelter, Lowii Shelter, Mempening Shelter, Wilosa Shelter, dan Paka Cave Shelter.
Sepanjang pendakian, kita bisa menikmati panorama hutan hujan tropis Kinabalu yang eksotis. Beragam flora seperti kantong semar dan bunga anggrek menjadi pemandangan yang lumrah. Satwa seperti lintah merah raksasa, cacing gunung, serta tupai kerap terlihat sepanjang perjalanan.
Jika perjalanan telah menguras banyak tenaga, grup dapat melepas lelah di pos-pos peristirahatan. Tempat penginapan juga tersebar dari kilometer 4, dimulai dari Pondok Layang-layang, Pondok Waras, Laban Rata Resthouse, Pondok Burlington, Pondok Pana Laban, Pondok Gunting Lagadan, dan Pondok Sayat-Sayat yang merupakan pos terakhir sebelum mencapai Puncak Low’s untuk menikmati ritual mentari terbit. Dari penginapan, puncak dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam. Bila hendak menyaksikan mentari terbit dari pucuk gunung, pendaki sebaiknya berangkat pada pukul tiga pagi.
Sebenarnya Kinabalu juga memiliki puncak lainnya, yakni Puncak South (3.933 m), Puncak Alexandra’s (4.003 m), Puncak Ugly Sister (4.032 m), Puncak Donkey Ears (4.054 m), dan Puncak St. John’s (4.091 m). Hanya saja puncak teramai ialah Puncak Low’s. Nama itu diambil dari tim ekspedisi pendakian pertama yang dipimpin Sir Hugh Low pada 1851.
Setiba di puncak, mentari yang terbit di antara awan dan langit biru menjadi panorama yang paling diburu. Inilah pucuk tertinggi yang menurut kepercayaan lokal merupakan tempat para nenek moyang bersemayam—sebuah tempat sakral yang mesti dijaga kelestariannya agar manusia terhindar dari bencana.
Penulis: Raditya Simanjuntak
KOMENTAR
0