Merayakan Hari Bumi Dengan Mengunjungi Tiga Desa Wisata Ini

Thursday, 22 April 21 Harry

Perayaan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April menjadi momentum bagi wisatawan nusantara untuk berwisata #DiIndonesiaAja. Salah satu cara yang efektif untuk mengeksplorasi Indonesia sambil tetap menjaga keberlangsungan alam adalah dengan menjalankan kegiatan ekowisata.

Ekowisata merupakan sebuah konsep yang memadukan beragam unsur penting, seperti kearifan lokal, pesona alam, dan sektor ekonomi kreatif warga sekitar dalam sebuah aktivitas wisata. Tak heran jika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggalakkan ekowisata melalui pertumbuhan desa wisata di nusantara.

Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, “Penggalakkan ekowisata juga sekaligus upaya meningkatkan pelestarian lingkungan atau sustainability. Melalui ekowisata berbasis desa wisata, Kemenparekraf bersama-sama masyarakat berupaya mencari keseimbangan manfaat ekonomi dan pelestarian budaya alam sekitar desa.”

BACA JUGA:   AELI Mengembangkan Experiential Tourism di Desa Wisata

Saat ini, Indonesia memiliki ribuan desa wisata dengan potensi dan keunikannya masing-masing. Bahkan, ada beberapa yang sudah mendunia sehingga berkunjung ke desa wisata bukan hanya menghadirkan pengalaman baru, tapi juga seru.

Berikut adalah tiga desa di Indonesia yang berhasil menjadi sebuah desa wisata, dan sukses rutin dikunjungi oleh wisatawan yang bisa dijadikan pilihan untuk memaknai Hari Bumi.

Desa Penglipuran, Bali

Desa Wisata Penglipuran merupakan salah satu desa adat yang sukses bertransformasi menjadi desa wisata pada 1993. Desa ini mulai terkenal ketika banyak film dan serial televisi yang mengambil lokasi syuting di sini. Desa Wisata Penglipuran memiliki budaya dan tradisi yang unik, serta lingkungan yang nyaman, sejuk, dan sangat bersih.

BACA JUGA:   Turki Hadirkan Inovasi Hotel Berkonsep Ramah Anak

Karenanya, berbagai penghargaan terkait kebersihan dan keberlanjutan lingkungan pun kerap diterima desa wisata Penglipuran, misalnya pada 1995 mendapat penghargaan Kalpataru karena kebersihannya, pada 2016 mendapat penghargaan desa terbersih ketiga di dunia dari majalah Boombastic, penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada 2017, lalu pada 2019 desa wisata Penglipuran masuk dalam Top 100 Sustainable Destinations dari Green Destinations Foundation.

Desa Sasak Sade, Nusa Tenggara Barat

Atap jerami dan dinding bambu adalah ciri khas Desa Sasak Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di sini kita bisa menikmati atraksi-atraksi budaya, mulai dari seni tari hingga konsep unik rumahnya. Tidak boleh dilewatkan pul, untuk melihat langsung proses menenun kain tenun Sasak khas Lombok secara manual.

Desa Wisata Liang Ndara, Nusa Tenggara Timur

BACA JUGA:   Dorong Kebangkitan Ekonomi, Kemenparekraf Luncurkan Tiga Program Unggulan

Flores tidak hanya dikenal dengan alamnya yang menawan, tetapi juga kekayaan budayanya, salah satunya tarian. Desa wisata ini merupakan tempat satu-satunya bagi wisatawan yang ingin melihat Tari Caci. Selain itu, budaya menenun turun-temurun juga masih terjaga lewat warna-warni tenun Flores yang dibuat oleh perempuan-perempuan Desa Liang Ndara.

Meski berada di tempat terbuka dan asri, jangan lupa untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sehingga kita tetap aman dan nyaman saat berwisata.