Pemulihan sektor pariwisata internasional di Asia Pasifik setelah pandemi COVID-19 merupakan yang paling lambat dibandingkan regional lainnya. Namun, pada 2024 ini diperkirakan sektor pariwisata di Asia Pasifik akan tumbuh pesat, bahkan melebihi tahun 2019 saat pandemi belum “menyerang”.
Dalam kegiatan Travel Meet Asia 2024 yang diselenggarakan di ICE BSD, 3-4 Juli 2024, Enriq Casal, Regional AVP Agoda, mengatakan, “Pada 2022 terjadi pariwisata domestic boom di Asia, tapi memiliki banyak tantangan, salah satunya adalah jumlah pesawat internasional yang lebih sedikit dan mahal. Karenanya, pariwisata internasional di Asia Pasifik diperkirakan kembali normal pada tahun ini.”
Pada tahun 2024, menurut data dari Agoda, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Asia (inbound) naik lebih dari 152 persen. Sementara, jumlah outbound turis dari Asia juga naik 156 persen.
“Jepang, Thailand, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam merupakan lima destinasi teratas yang dicari wisatawan internasional. Sementara Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Jepang, dan Thailand merupakan negara asal turis yang paling banyak bepergian ke luar negeri,” ujar Casal.
Menurut Casal, ada tiga tren utama di sektor pariwisata Asia Pasifik yang harus dihadapi. Ketiga tren tersebut adalah teknologi dan pembayaran (tech and payment), lokalisasi (localization), serta berkelanjutan (sustainable).
Berdasarkan data Agoda, 39 persen wisatawan mencari inspirasi tujuan perjalanan adalah melalui media sosial, dan 37 persen mendapatkan inspirasi dari portal wisata. Karenanya, dunia online telah menjadi sumber inspirasi utama.
Selain itu, penggunaan teknologi juga memudahkan turis untuk memesan hotel. Pada 2019, 49 persen turis memesan hotel secara daring di Asia. Jumlah tersebut meningkat menjadi 64 persen pada 2023, dan diperkirakan menjadi 66 persen pada 2026.
“Selain itu, hotel yang menyediakan variasi pembayaran lebih banyak berpeluang mendapatkan tamu lebih banyak. Sebab, tiap turis mempunyai metode pembayaran yang berbeda-beda sehingga mereka akan memilih hotel yang menyediakan cara pembayaran yang sudah familiar dengan mereka,” ujar Casal.
Selain itu, tiap turis dari negara yang berbeda-beda juga memiliki preferensi yang berbeda pula saat berwisata. Karenanya, dibutuhkan tur wisata yang tailor made dan mengedepankan lokalisasi untuk memenangkan hati mereka.
“Misalnya, turis Korea Selatan lebih menyukai wisata kuliner lokal dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Sementara turis dari Jepang memprioritaskan tempat yang tidak begitu mahal karena menurunnya nilai tukar Yen pada 2022,” ujar Casal.
Prinsip berkelanjutan merupakan tren yang sedang tumbuh pesat di sektor pariwisata internasional. Setiap tahun, para turis semakin sadar dan mencari destinasi wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berdasarkan data Agoda, sekitar 74 persen turis menginginkan biro perjalanan menawarkan paket wisata yang berkelanjutan. Kemudian, 76 persen turis ingin melakukan perjalanan wisata yang berkelanjutan dalam 12 bulan ke depan.
KOMENTAR
0