Agar Tak Terpuruk, Atur Keuangan di Era New Normal

Saturday, 04 December 21 Venue

Pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia menjadi tersendat. Menurut Firda Zulfa Fahriani, Dosen UIN Ali Rahmatullah Tulungagung, banyak pengeluaran tidak pasti yang harus dibayar, sementara pemasukan semakin menipis karena potongan gaji ataupun PHK.

“Kita harus benar-benar memikirkan cara mengatur keuangan yang tepat supaya kondisi finansial tidak terpuruk,” kata dia dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (2/12/2021).

Firda mengatakan, terdapat beberapa tips mengatur keuangan di era new normal yang bisa diterapkan mulai sekarang, di antaranya:

  • Tinjau Ulang Kondisi Keuangan

Cara mengatur keuangan di era new normal yang pertama adalah meninjau kembali kondisi keuangan setelah pandemi dan pascapandemi. Adanya pandemi ini tentu membuat keadaan keuangan Anda mengalami banyak perubahan. Misalnya saja berkurangnya pendapatan bulanan, dan peningkatan pengeluaran.

Lakukan pembaharuan dalam pencatatan aset yang dimiliki. Catat berapa banyak simpanan yang Anda punya, berapa besar hutang Anda, dan berapa jumlah pengeluaran bulanan yang harus Anda habiskan. Dengan melakukan financial check up ini, Anda bisa mengetahui sebenarnya sejauh mana tahapan kehidupan keuangan Anda,

  • Mengubah Perubahan Pengeluaran
BACA JUGA:   Tiga Hal Yang Tak Boleh Diumbar ke Medsos

Saatnya Anda meninjau ulang anggaran pengeluaran Anda. Perubahan kondisi sekarang ini membuat keadaan keuangan Anda jadi berubah. Kalau dulu, Anda tidak memiliki anggara khusus untuk kebutuhan kesehatan, misalnya untuk membeli vitamin, masker, produk sanitizer, di era new normal, semua kebutuhan ini berubah jadi kebutuhan primer yang dananya harus dialokasikan secara khusus.

Bukan hanya itu, biaya tagihan listrik dan internet juga pasti akan bertambah karena Anda lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk bekerja maupun belajar. Catat lagi perubahan pengeluaran ini dalam anggaran bulanan Anda supaya tahu pengeluaran apa yang bisa diminimalisir selanjutnya.

  • Jangan Sampai Berhutang

Kondisi ekonomi memang sedang sulit, tapi jangan sampai tergoda untuk berhutang ya! Di era new normal ini, kestabilan finansial jadi hal yang sangat penting. Mulai sekarang coba yang bisanya lapar mata lihat sale di online shop atau marketplace tahan diri dulu. Coba menghindari gaya hidup konsumtif yang biasa Anda lakukan. Minimalisir pula penggunaan kartu kredit untuk belanja. Karena hasrat belanja dengan kartu kredit bisa membuat keuangan Anda tak terkendali.

  • Kumpulkan Dana Darurat
BACA JUGA:   Kala Masyarakat Tergantung dengan Media Sosial

Setelah menjalani masa pandemi akibat COVID-19, akhirnya banyak orang menyadari pentingnya keberadaan dana darurat. Dana darurat bisa membantu Anda melalui krisis di tengah COVID ini untuk membayar tagihan-tagihan yang terus berjalan meski pemasukan berkurang.

Untuk Anda yang belum menyadari bagaimana pentingnya dana darurat. Jangan berkecil hati, karena tidak ada kata terlambat untuk mengumpulkan dana darurat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

  • Sadar Digitalisasi

Banyak orang bilang adanya digitalisasi keuangan bisa membuat Anda jadi boros. Ini tidak sepenuhnya benar lho! Justru jika Anda sadar akan digitalisasi keuangan, bisa menghemat pengeluaran. Anda bisa memanfaatkan berbagai promo diskon atau cashback untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, mulai bayar listrik, air, tagihan internet, pulsa, hingga beli makanan. Sudah bukan rahasia umum kalau banyak medium keuangan digital yang menawarkan promo menarik.

BACA JUGA:   Orangtua Berperan Dampingi Anak Gunakan Gawai

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).