Belanja online menjadi fenomena dikarenakan jumlah transaksi yang terus meningkat di masa Pandemi Covid-19. Menurut Anggia Zainur Rahmah, Mentor UMKM dan Pengembangan Media Digital Edukasi Ekonomi Islam, belanja online disukai karena lebih praktis, bisa membandingkan harga dengan mudah, hemat waktu dan tenaga, banyak pilihan varian produk, banyak promo, dan sistem pembayarannya lebih mudah.
Akan tetapi, negatifnya dari berbelanja online menurut Anggia ialah rawan penipuan. Banyak barang yang datang tidak sesuai ekspektasi, dan menjadikan pembelinya itu konsumtif. “Oleh karena itu, sebagai pembeli kita perlu lebih cermat saat berbelanja online dan bisa mengedukasi orang lain yang memanfaatkan teknologi ini,” kata Anggia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Kamis (28/10/2021).
“Ketika ada barang yang tidak sesuai ekspektasi, baca produk deskripsi dengan seksama, melihat review produk, cek harga, dan menghindari transfer secara langsung,” ujar dia.
Kemudian, lanjut dia, untuk mengatasi dampak yang rawan penipuan itu harus lebih teliti dalam melihat harga. Dalam artian tidak tergiur harga yang murah. Selain itu, belanja melalui situs web terpercaya seperti marketplace, lihat juga reputasi penjualnya.
“Dari sisi pembeli agar tidak konsumtif, yang bisa kita lakukan adalah menentukan skala prioritas antara kebutuhan dan keinginan, membuat anggaran khusus belanja online, mengurangi mengunjungi website belanja atau aplikasi e-commerce. Hal paling penting ialah jangan mudah tergiur dengan diskon-diskon,” kata Anggia.
Dia menambahkan, “apabila dampak negatifnya sudah bisa diatasi, maka akan aman aktivitas belanja online baik dari luar ataupun dari dalam diri kita,” ujar dia.
Sementara itu, Anggia mengatakan, ketika kita terkena penipuan belanja online, kita perlu menghubungi call center bank pelaku penipuan, laporkan penipuan ke lapor.go.id, e-commerce tempat belanja, atau menggunakan bantuan hukum. Langkah terakhir, laporkan rekening pelaku ke cekrekening.id agar tidak ada korban baru.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0