Berita Hoaks Kian Masif, Begini Ciri-Cirinya

Thursday, 05 August 21 Venue

Meningkatnya penggunaan media sosial yang tidak diimbangi dengan literasi digital membuat berita palsu alias hoaks kian masif beredar. Berdasarkan data Masyarakat Anti Fitnah dan Hoaks (Mafindo), dalam tiga bulan pertama di 2019 saja sudah ditemukan 320 konten hoaks, di mana mayoritasnya bertema politik.

Menurut Trigus D. Susilo, pemilik situs mastrigus.com, berita hoaks biasanya diciptakan oleh orang pintar tapi jahat, dan disebarluaskan oleh orang baik tapi bodoh. “Alasan mereka meneruskan berita hoaks karena berita tersebut didapatkan dari orang yang dipercaya, mengira bermanfaat, mengira benar, dan ingin dianggap jadi yang pertama tahu,” ujarnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (4/8/2021).

BACA JUGA:   Lima Langkah Pintar Terhindar Dari Pornografi

Trigus mengatakan, hoaks merupakan kepalsuan yang sengaja dibuat untuk menyaru sebagai kebenaran. “Kepalsuan tersebut umumnya menggunakan data, foto dan kutipan orang, sehingga dianggap orang yang membacanya sebagai sebuah kebenaran,” kata Trigus.

Berita hoaks, lanjut dia, sebetulnya bisa dikenali lewat konten yang ditampilkan. Agar tidak menjadi korban pembuat berita hoaks, berikut ciri-ciri hoaks yang bisa dikenali:

  • Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan.
  • Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi.
  • Pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah.
  • Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.
  • Memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suara rakyat.
  • Judul dan pengantarnya provokatif dan tidak cocok dengan isinya.
  • Memberi penjulukan.
  • Minta supaya di-share atau diviralkan.
  • Menggunakan argumen dan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya.
  • Artikel yang ditulis biasanya menyembunyikan fakta dan data serta memelintir pernyataan narasumbernya.
  • Berita ini biasanya ditulis oleh media abal-abal, di mana alamat media dan penanggung jawab tidak jelas.
  • Manipulasi foto dan keterangannya. Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain dan keterangannya juga dimanipulasi.
BACA JUGA:   Begini Strategi Pemasaran di Platform Digital

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).