Berpikir Kritis Sebelum Posting

Tuesday, 14 September 21 Venue

Informasi di siber pada dasarnya bersifat permanen. Untuk itu, berpikir kritis sebelum posting adalah penting. Hal itu mengingat apa pun yang ada di ruang siber mudah diduplikasi dan disebarluaskan, tetapi sulit dilenyapkan sekalipun sudah terhapus.

“Pahami circle lingkungan interaksi kita, tidak mengumbar data pribadi, unggah hal positif. Jangan hanya demi konten, kamu berbangga mem-posting hal buruk, cyberbullying, menghasut, ujaran kebencian, atau bahkan rasisme,” ujar Ayrton Edoardo Aryaprabawa, Founder & Director Crevolutionz, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (13/9/2021).

Ayrton mengatakan, saat masuk ke dunia internet, pengguna internet meninggalkan jejak digital (footprint). Beberapa jejak digital yang tertinggal ketika masuk dunia maya: postingan di media sosial, pencarian di Google, tontonan di YouTube, pembelian di marketplace, jalur ojek online, games online yang dimainkan, aplikasi yang diunduh, musik online yang diputar, situs web yang dikunjungi, dan sebagainya.

BACA JUGA:   Tenaga Pendidik ‘Dipaksa’ untuk Beradaptasi dengan Digital

“Ibarat sebuah ‘bom ranjau’ yang tertanam di tubuh penggunanya, jejak digital bisa berisiko ‘meledak’ sewaktu-waktu jika ada pihak-pihak tertentu yang mengincar pemiliknya sebagai target,” ujar dia.

Menurut Ayrton, jejak digital dibedakan menjadi dua, yakni jejak digital aktif dan jejak digital pasif. Jejak digital aktif biasanya berupa data atau informasi yang sengaja diunggah seseorang ke dunia maya. Contohnya, kicauan di Twitter, status Facebook, foto dan video postingan di Instagram, video YouTube.

“Sedangkan jejak digital yang pasif merupakan data yang ‘ditinggalkan’ tanpa sadar oleh pengguna ketika berselancar di dunia maya. Contoh: server menyimpan alamat IP, lokasi dan search history,” kata Ayrton.

BACA JUGA:   Langkah Preventif Hadapi Radikalisme di Ruang Digital

Pengguna internet, kata dia, diminta untuk lebih berhati-hati terkait potensi bahaya jejak digital dalam hal akses data pribadi, pencurian identitas, juga doxing dan framing atau pencemaran nama baik dengan cara mengolah segala aktivitas digital yang pernah kita lakukan baik di website, blog, maupun media sosial.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Aktif Bermedia Sosial Tanpa Kehilangan Data Pribadi

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).