Dampak Buruk Sindrom Nomophobia

Saturday, 09 October 21 Venue

Gawai menjadi sarana yang membantu dan memudahkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui gawai, mulai dari membaca buku, menonton film, browsing, melakukan transaksi keuangan, memesan makanan, bermain, dan masih banyak lagi.

“Hampir semua orang tidak bisa menjalani kegiatannya satu haripun tanpa ada gawai di dekatnya,” kata

Hendri Prastiyono, Koordinator Guru Penggerak YPM, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat (08/10/2021).

Hendri mengatakan, sindrom kecanduan gawai ini dinamakan nomophobia yang berasal dari istilah “no-mobile-phone-phobia”. “Sebenarnya sindrom ini menyerang banyak orang dari berbagai kalangan dan usia. Namun, golongan yang paling banyak terkena sindrom nomophobia ini adalah anak-anak milenial yang sangat suka dan selalu ingin update dengan hal-hal terbaru,” kata dia.

Dia mengatakan, untuk tidak menyepelekan sindrom kecanduan gawai ini, karena kebiasaan ini bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan, di antaranya:

  • Gangguan Mata
BACA JUGA:   Internet dan Manfaatnya Bagi Kehidupan

Mata terlalu sering digunakan untuk menatap layar gawai akan menjadi kering dan timbul rasa panas. Jika kecanduan gawai ini dibiarkan terlalu lama, maka mata bisa lelah, terasa tidak nyaman, merah, dan timbul gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur, minus mata bertambah, dan lainnya.

  • Mengganggu Pola Tidur

Salah satu ciri anak kecanduan gawai adalah tidak bisa berhenti bermain gawai, bahkan sampai larut malam. Bermain gawai memang bisa menimbulkan ketagihan yang akan membuat susah untuk berhenti. Akhirnya jam tidur akan terganggu, bahkan jika dibiarkan terlalu lama, bisa mengidap insomnia. Jika waktu tidur yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi, maka berbagai penyakit dan gangguan kesehatan mudah menyerang.

  • Postur Tubuh Jadi Bungkuk

Anak yang kecanduan gawai tanpa sadar sering menundukkan leher untuk melihat gawai-nya. Ketika leher condong ke depan dan menunduk saat asyik bermain gawai, beban leher dan tulang belakang jadi bertambah besar karena harus menopang beban kepala, sehingga bisa menyebabkan leher dan punggung terasa nyeri. Jika dibiarkan terlalu lama, maka akan berdampak pada postur tubuh yang jadi bungkuk.

  • Mengganggu Studi
BACA JUGA:   Penggunaan Bahasa di Media Digital

Karena tidak bisa berhenti bermain gawai, kegiatan belajar anak yang memiliki sindrom nomophobia ini pun biasanya akan terganggu. Hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain gawai dan sulit untuk berkonsentrasi saat belajar di sekolah, sehingga akhirnya prestasi di sekolah pun jadi menurun. 

  • Obesitas

Terlalu sering bermain gawai membuat seseorang kurang melakukan aktivitas fisik. Hal ini sangat terkait dengan kondisi obesitas.

  • Kurang Bersosialisasi

Kecanduan gawai menyebabkan anak milenial hanya ingin berkomunikasi melalui aplikasi chatting yang ada di gawai saja dan enggan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, hubungan pertemanan bahkan keluarga pun jadi merenggang karena gawai.

BACA JUGA:   Perbedaan Antara KOL Dan Influencer

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).