Melindungi Diri dari Bahaya Pornografi

Saturday, 20 November 21 Venue

Penggunaan internet di era digital termasuk ke dalam kebutuhan primer. Hal ini, kata Eni Mahzumah, Guru SMKN 1 Tambakboyo dikarenakan aktivitas manusia di dunia digital dan kebutuhan informasi yang cukup tinggi.

“Namun, internet tidak semata-mata memberikan dampak positif, kalau tidak hati-hati kita bisa terpapar dampak negatifnya,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (19/11/2021).

Eni mengatakan, hal ini harus diantisipasi supaya tidak berpengaruh pada generasi muda, khususnya hal negatif berkaitan dengan pornografi. Pornografi ialah segala sesuatu dalam bentuk gambar, tulisan, kata-kata, gerak tubuh yang mengarah pada kecabulan yang dibuat untuk merangsang seksualitas.

“Faktor yang menjadi penyebab bagi remaja untuk menonton video porno itu bermacam-macam. Didasari faktor-faktor tertentu,” ujar Eni.

BACA JUGA:   Tips Mencegah Perilaku Belanja Konsumtif

Faktor tersebut, kata dia, di antaranya, kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga, pengaruh lingkungan sekitar kurang baik, tekanan psikologis yang dialami remaja, serta peranan media massa atau teknologi modern. Sementara itu, ciri remaja terpapar pornografi yaitu senang menyendiri, sulit bersosialisasi, sering gugup saat berkomunikasi, mudah marah, pikiran kacau karena selalu tertarik mencari video porno, hingga sulit berkonsentrasi.

“Ketika seseorang sudah pernah mengakses pornografi dan mengalami kecanduan, hal ini akan berdampak pada otak. Di usia remaja, semuanya sedang bertumbuh dan berkembang sangat cepat. Kita harus mengisinya dengan hal positif,” ujar Eni.

BACA JUGA:   Teknologi Digital untuk Penguatan Budaya

Dalam pornografi ini berpotensi mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan seksual, membentuk sikap, nilai, dan perilaku negatif. Kemudian, anak jadi tertutup dan minder, serta terjadi perilaku seksual yang menyimpang pada orang lain.

Eni mengatakan, sebagai individu, ketika kita ingin melindungi diri dari pornografi dapat dilakukan dengan menyibukkan diri untuk mempelajari hal positif, seperti agama, berolahraga, dan mencegah media yang memuat konten negatif pornografi. “Di samping itu, keluarga juga berperan dalam pendidikan remaja. Keluarga harus bisa mengontrol dan mendampingi remaja saat mengakses internet, serta mengedukasi anak terkait dampak negatif dari pornografi itu sendiri,” kata dia.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Guru Beretika Perlu Berkolaborasi dalam Dunia digital

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).