Anak-anak di era digital lebih cepat mengetahui perkembangan teknologi. Namun, menurut NS. Hamidah Retno Wardani, Dosen Prodi DKV Keperawatan Universitas Bondowoso, hal itu bukan berarti mereka juga memahami cara menggunakan teknologi dengan baik dan bermanfaat.
“Bisa-bisa, jika tak didampingi, anak akan terpapar atau jadi sasaran berbagai pengaruh buruk internet. Mulai dari cyberbullying hingga kejahatan lain seperti cyber pornography dan cybercrime,” kata diadalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Jumat (08/10/2021).
Orangtua, kata Hamidah, perlu hadir, tidak sekadar mendampingi namun juga mengenalkan internet positif kepada anak. Mengenalkan internet positif yakni memaksimalkan manfaat teknologi digital untuk kebaikan. “Kenalkan pada anak bahwa teknologi digital adalah sumber informasi, segala informasi dari teknologi digital itu bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran mereka di masa depan,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, orangtua perlu mengenalkan teknologi digital untuk membangun kreativitas anak-anak. Dari teknologi digital, inspirasi kreativitas yang bisa digali tak terbatas dan bisa berasal dari belahan dunia mana pun. “Kenalkan pada anak bahwa teknologi digital dapat menjadi sarana memperluas pergaulan melalui jejaring sosial dan komunikasi,” ujarnya.
Hamidah juga mengatakan, melalui teknologi digital anak bisa sejak dini diperkenalkan tentang dunia usaha atau ekonomi yang bisa ditunjang dengan luasnya jejaring yang dijangkau. Selama menjalaninya dengan pendampingan, anak-anak bisa mengeksplorasi internet untuk hal positif.
“Dari teknologi digital, anak juga bisa dikenalkan bahwa keberadaannya bisa membantu memperbaiki pelayanan publik,” tuturnya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat hingga tahun 2020 lalu, anak-anak secara keseluruhan menempati 25,42% dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia. Mereka terbagi atas usia 5-12 tahun sebanyak 7,93%, 13-15 tahun sebanyak 7,86%, dan 16-18 tahun sebanyak 9,66%.
“Dari data itu bisa kita lihat, anak-anak generasi masa kini merupakan digital native, yaitu sudah mengenal dunia digital sejak mereka lahir. Anak masa kini sebagai generasi digital dan orangtua sebagai imigran digital,” ujar Hamidah.
Dengan kondisi akrabnya anak dengan dunia digital itu, menurut dia, tak heran anak khususnya yang masuk remaja dengan media sosial dan media digital sudah menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-harinya.
Sementara itu, untuk perlindungan anak di ruang digital, orangtua bisa menempuh setidaknya dengan sejumlah langkah. “Yang utama, batasi dulu anak dalam penggunaan perangkat digital, jadi berikan hak akses khusus pada anak ketika gawai diberikan kepada mereka,” ujar dia.
Menurutnya, orangtua pun perlu melakukan batasan atas koneksi internet pada anak. Anak juga dibantu dipilihkan program dan aplikasi yang sesuai dan menyelaraskan waktu penggunaan media digital dengan interaksi dunia maya. Selain itu, pendampingan tetap perlu bagi anak-anak agar mereka bisa terhindar dari berbagai aspek ancaman keselamatan dalam penggunaan media digital.
“Anak-anak sebagai pengguna media digital perlu perlahan diberi pemahaman mengenai berbagai ancaman keselamatan yang mengintai ketika mereka menggunakan media digital,” kata dia.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0