Menjadi Smart Netizen yang Anti-hoaks

Tuesday, 21 September 21 Venue

Mudahnya akses internet saat ini, membuat informasi beredar dengan sangat cepat di media sosial. Sehingga informasi apa pun begitu mudah sampai ke ruang publik, termasuk berita bohong atau hoaks.

“Sebagai anak muda, sering kali terjebak dalam skenario informasi hoaks yang dibangun oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab di media sosial. Bahkan ikut serta berargumen untuk membenarkan berita hoaks tersebut,” kata Bagus Nawoto Seno, Owner Nawoto Architect and Consultation, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin (20/9/2021).

Dia mencontohkan, saat berselancar di dunia maya, tentu pernah menerima informasi dari sahabat, tetangga, bahkan saudara sendiri tentang hal yang belum pasti kebenarannya. Tidak sedikit yang terlibat perdebatan sengit, tentang informasi tersebut, bahkan tidak jarang juga membuat hubungan satu sama lainnya jadi kurang harmonis. “Jika hal ini dibiarkan terus menerus, tentu juga akan merusak keharmonisan kita sebagai bangsa dan negara,” ujarnya.

BACA JUGA:   Aspek Etika Tak Bisa Lepas Dari Akselerasi Transformasi Digital

Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai angka 143,26 juta. Di mana pengguna mayoritasnya berada di kisaran umur 19–34 tahun, yang notabene adalah generasi milenial.

“Melihat data tersebut, bisa dikatakan generasi milenial memiliki peran signifikan dalam alur penyebaran informasi di media sosial. Oleh karena itu, kita harus memiliki aware yang tinggi untuk mencegah penyebaran informasi hoaks yang membahayakan kesatuan bangsa dan negara,” ujar Bagus.

Generasi milenial, kata dia, harus menjadi smart netizen yang anti-hoaks. Menjadi filter dari informasi yang beredar di tengah masyarakat. “Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, agar di era 4.0 kita tidak terjebak dengan berita hoaks,” kata dia.

Pertama, lanjut dia, pelajari dulu informasinya. Biasakan untuk tidak langsung share berita yang diterima dan pastikan sudah membaca informasinya secara utuh. Kedua, pahami informasi. Lakukan analisa terhadap informasi yang diterima. Ketiga, konfirmasi. Lakukan konfirmasi kepada sumber-sumber yang terpercaya terkait informasi tersebut. Keempat, tindak lanjuti. Setelah dapat mengambil kesimpulan dari sebuah informasi, baru menyikapi secara baik dan bijaksana.

BACA JUGA:   Ragam Keuntungan Gunakan Dompet Digital

“Sadar atau tidak, informasi hoaks sudah begitu banyak beredar di tengah kita. Kondisi ini, bila terus dibiarkan tentu sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Bagus.  

Karena itu, lanjut dia, wajib hukumnya bagi kita untuk melawan hoaks. “Terutama generasi milenial yang menjadi pengguna internet terbesar Indonesia. Di era 4.0 ini berjuang tidak lagi harus dengan mengangkat senjata. Kita cukup mengambil peran sebagai anak bangsa yang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.

Bagus meminta agar mulai saat ini, deklarasikan diri menjadi milenial yang anti hoaks. Sebagai respon, terhadap ancaman hoaks yang semakin beredar masif di tengah-tengah.

“Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia adalah para pahlawan anti hoaks. Karena itu, mari pastikan, Saya, Anda, dan kita semua menjadi bagian aksi nyata dari perjuangan Ini. Demi terjaganya persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai,” tuturnya.

BACA JUGA:   Membangun Toko Online Melalui Marketplace

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).