Orangtua Termasuk Digital Immigrant, Begini Cara Mengatasinya

Wednesday, 20 October 21 Venue

Istilah digital native dan digital immigrant mulai dikenal sejak 2001. Dua istilah tersebut berlaku bagi masyarakat pengguna digital. Digital native merujuk pada generasi yang sejak lahir sudah melek teknologi informasi. Mereka tak perlu panduan lagi untuk mengoperasikan perangkat digital.

Sedangkan digital immigrant, menurut Dr. H. Sukarji, Ketua STAI Diponegoro adalah generasi yang tumbuh dewasa tanpa benar-benar menggeluti perangkat canggih yang terus berkembang dewasa ini. Generasi digital immigrant sangat memerlukan panduan dan belajar mengenai tata cara mengoperasikan perlengkapan digital.

“Orangtua yang masuk dalam digital immigrant sedang menerima tantangan besar menghadapi generasi digital native,” kata  Sukarji, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021).

Menurutnya, ada kesenjangan yang melingkupi hubungan antara anak dan orangtua jika masing-masing tidak bisa menyadari dan mengikuti perkembangan zaman. “Orangtua punya peranan yang sangat dominan untuk memastikan keamanan anak dalam aktivitas mereka di ruang digital,” ujar dia.  

BACA JUGA:   Marak Penipuan Digital, Ini jenis-jenisnya

Menurut Sukarji, peran orangtua terhadap keamanan beraktivitas dalam dunia digital anak bisa dilakukan degan berbagai cara. Misalnya dengan cara berkomunikasi aktif dengan anak tentang bahaya cyberbullying, persekusi online, hoaks, ujaran kebencian, konten radikal, pornografi, kekerasan daring, penipuan daring, pencurian data, serangan siber.

“Pastikan anak-anak tidak menyebarkan informasi pribadi dan rahasia secara bebas ke publik,” ujar dia.

Tips lain untuk mengurangi resiko anak terpapar radiasi akibat terlalu lama berada dalam ruang digital juga disampaikan oleh Sukarji. Misalnya dengan mengajak anak-anak beraktivitas dalam zona bebas gawai serta membuat kesepakatan bersama anak terkait aktivitas digital.

BACA JUGA:   Ragam Cara Menghindari Berita Hoaks

Selanjutnya yang tak kalah penting untuk memastikan anak beraktivitas secara aman di dunia digital adalah dengan cara orangtua ikut masuk ke dunia online anak. Orangtua bisa berteman di media sosial sehingga tahu konten apa saja yang diunggah anaknya sehingga jika ada posting-an yang tidak layak atau berpotensi menyebarkan hoaks orangtua bisa mengontrol secara langsung.

Sukarji mengatakan, orangtua agar menjadi teladan bagi anak. Karena bagaimanapun juga orangtua merupakan role model bagi anak-anaknya.“Orangtua melarang anak main ponsel terus, sementara mereka sendiri ke mana-mana tak bisa lepas dari gawai. Bahkan tak jarang ke kamar mandi atau toilet juga membawa ponsel,” ujarnya.

BACA JUGA:   Ini Syarat Agar Radio Tidak Tergerus Media Online

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).