Tantangan dan Halangan Belajar Online

Saturday, 02 October 21 Venue

Di masa Pandemi Covid-19, proses belajar mengajar harus dilakukan via online. Hingga hari ini, menurut Pandu Tokoh Amukti, Praktisi Dokter Hewan Bondowoso, masih banyak tantangan dan halangan belajar online yang dialami oleh siswa.

“Banyaknya sekali masalah yang dihadapi oleh para pelajar atau bahkan pengajar di negeri ini dalam menjalankan belajar online,” ujar dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Jumat (01/10/2021).

Pandu mengatakan, terdapat lima tantangan dan halangan belajar online yang banyak dihadapi pelajar di masa pandemi, yaitu:

  • Terbatasnya Akses ke Perangkat Komputer dan Smartphone.

Masih banyak pelajar di Indonesia yang tidak memiliki akses ke perangkat komputer dan smartphone. Hal ini biasa dialami pelajar yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Terkadang, satu-satunya perangkat telekomunikasi yang dimiliki keluarga hanya handphone biasa tanpa akses internet. Kondisi ini menyebabkan tidak meratanya akses pembelajaran daring bagi seluruh pelajar di Indonesia. Keterbatasan akses ke perangkat yang terhubung dengan internet ini banyak dialami terutama oleh pelajar yang berasal dari desa dan pedalaman.

  • Banyaknya Gangguan di Rumah.
BACA JUGA:   Aspek Etika Tak Bisa Lepas Dari Akselerasi Transformasi Digital

Perbedaan utama dari belajar di sekolah dengan rumah adalah tingkat distraksi yang dialami para pelajar. Ketika pelajar belajar di ruang kelas, maka lingkungan ruangan tersebut sudah diatur sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajaran agar berjalan lancar. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar dari rumah. Tidak semua pelajar memiliki kondisi rumah yang sama untuk mendukung proses belajar. Banyak pelajar tidak memiliki ruang belajar sunyi, senyap, mendapat sinar yang mencukupi dan nyaman. Ditambah lagi seringkali aktivitas di lingkungan rumah menyebabkan distraksi yang cukup banyak. Distraksi sangat beragam, mulai dari distraksi suara, pandangan dan banyak lainnya yang menyebabkan pelajar tidak dapat fokus belajar.

  • Guru dan Pelajar Masih Belum Lihai Menggunakan Teknologi Digital.

Selama ini, masyarakat hanya mengenal proses belajar secara tatap muka. Proses pembelajaran secara daring masih sangat langka dilakukan di Indonesia sehingga perubahan sistem belajar dari tatap muka menjadi daring membuat banyak pihak harus segera beradaptasi dengan teknologi digital. Penggunaan teknologi digital yang harus dipelajari mulai dari perangkat keras hardware hingga software atau aplikasi. Banyak pihak seperti guru hingga pelajar yang tidak terlalu paham menjalankan fitur tertentu di dalam software sehingga pembelajaran tidak maksimal.

  • Sulit untuk Interaktif.
BACA JUGA:   Tips Aman Gunakan Transaksi Digital

Meski hal ini tidak selalu terjadi, namun umumnya proses belajar mengajar yang dilakukan secara online menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung secara interaktif. Banyak siswa yang merasa bingung dengan suatu materi namun kesulitan untuk bertanya kepada guru. Hal ini terkadang juga disebabkan oleh guru yang menyampaikan materi secara satu arah saja dan tidak memberi kesempatan murid untuk bertanya. Apalagi di beberapa kasus, guru seringkali tidak mengadakan video conference dan hanya memberikan materi tertulis dan video penjelasan saja kepada siswa.

  • Siswa Bermain-Main.

Banyak siswa yang bermain-main ketika belajar online karena merasa tidak diawasi oleh guru secara langsung. Para guru pun kesulitan untuk memantau perkembangan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara guru dan wali murid.

BACA JUGA:   Tiga Kunci Berinvestasi Online Dengan Aman

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).