Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia

Friday, 12 November 21 Venue

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi metode yang diterapkan di hampir seluruh sekolah di Indonesia selama pandemi Covid-19. Menurut Diah Renata Anggraeni, Associate Faculty Member Binus University, hal tersebut haruslah dilakukan, demi melindungi siswa dari risiko penularan dan penyebaran virus corona.

“Dalam prosesnya, berbagai tantangan pun dihadapi, baik oleh para siswa, guru, orangtua murid, sekolah, hingga dinas pendidikan di wilayah masing-masing,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (11/11/2021).

Hal tersebut, kata dia, terlihat melalui data dan fakta di lapangan yang dikumpulkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat melakukan serangkaian pengawasan di 42 wilayah Indonesia. Beberapa tantangan dalam melakukan PJJ selama pandemi, di antaranya:

  • Kondisi psikologis

Saat pandemi dimulai, siswa mulai melakukan PJJ selama kurang lebih 2-3 bulan. Namun, tantangan muncul saat PJJ fase kedua dimulai. Di mana anak-anak memulai tahun ajaran baru yang semuanya berubah. Mulai dari kelas, teman-teman, guru, mata pelajaran, bahkan sekolah baru bagi siswa yang baru lulus dari tingkat sebelumnya. Belum lagi dengan adanya berbagai tuntutan yang terus-menerus diberikan, mulai dari tugas, hingga sulitnya meminta bantuan pada orang lain, karena mereka belum pernah berinteraksi satu sama lain sebelumnya. Hal ini lantas membuat siswa merasa tertekan.

  • Peran orangtua dan siswa
BACA JUGA:   Ragam Konten Positif Sebagai Sumber Inspirasi

Di masa pandemi ini, tak sedikit orangtua yang masih memberikan target-target khusus terhadap anak tanpa memahami kesulitan anak itu sendiri. Oleh karena itu, di masa pandemi ini seharusnya orangtua tidak memiliki target khusus terhadap anak, seperti target seorang dewasa. Kepentingan orangtua untuk anaknya jadi yang the best, untuk anaknya ranking, harus dilupakan. Sebaliknya, di masa pandemi seperti sekarang ini, yang paling penting adalah cara untuk membahagiakan anak. Ketika anak bahagia, maka imunnya akan kuat, dan ketika imunnya kuat, dia bisa belajar apapun.

  • Kesenjangan fasilitas penunjang
BACA JUGA:   Potensi Desa Wisata Ditransformasikan ke Ruang Digital

Meski saat ini sudah merupakan era digital, namun menurut data KPAI, 50% anak-anak yang berada di luar Jawa tidak terlayani PJJ secara daring. Jadi, mereka tidak bisa mengakses pelajaran melalui daring karena berbagai alasan. “Banyak sekali anak-anak yang tidak punya gawai, tidak punya alatnya. Nomornya saja tidak ada, kuota gratisnya mau diisi ke mana. Jadi ini akhirnya bantuan itu tidak sampai. Selain itu, di beberapa wilayah juga susah sinyal,” kata Diah.

  • Sosialisasi mengenai PJJ yang belum maksimal

Berbagai upaya yang dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) patut diapresiasi. Namun, setelah KPAI mendatangi 42 wilayah di Indonesia, sosialisasi mengenai PJJ ternyata belum maksimal dilakukan.

BACA JUGA:   Data Pribadi Perlu Dilindungi, Ini Alasannya

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).