Tips dan Strategi Menjadi Produktif di Era Digital

Thursday, 21 October 21 Venue
Work From Hotel Holiday Inn Express Jakarta Matraman

Kemajuan teknologi digital saat ini menuntut generasi sekarang untuk dapat bekerja cepat, tepat, efektif dan efisien, dengan mobilitas tinggi untuk bisa beradaptasi dengan berbagai bidang pekerjaan yang sebagian besar berbasis teknologi kreatif. Menurut dr. Frendy, Dokter Praktisi Kecantikan, penggunaan teknologi digital mesti dilatari dengan background adanya kebutuhan produktif. Bukan keinginan, apalagi gaya hidup.

“Agar penggunaan teknologi digital dapat membawa kita pada kehidupan produktif, ada sejumlah prinsip yang mesti dipegang, sehingga teknologi digital benar-benar dapat kita ambil manfaat positifnya,” katanya, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021).

Teknologi digital, kata dia, juga perlu dipandang hanya digunakan sebagai sarana saat dibutuhkan atau situasi urgent atau penting saja. Bukan mendominasi segala aktivitas kita sebagai manusia. Penggunaan teknologi digital perlu memegang prinsip sarana itu adalah objek, bukan subjek. Maka perlu ditelaah, apa jenis objek teknologi yang dapat membuat kehidupan kita menjadi produktif penggunaannya.

BACA JUGA:   Kebocoran Data Bikin Resah

“Tempatkan pula teknologi digital berdasarkan manfaatnya. Dengan cara menentukan, manfaat teknologi digital yang kita gunakan berdasarkan inisiatif,” ujar Frendy.

Menurutnya, untuk memaksimalkan teknologi digital agar menjadikan sarana generasi muda lebih kreatif dan produktif. Perlu berfokus pada informasi positif sambil terus meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang produktif. “Ada sejumlah tips dan strategi menjadi produktif di era digital ini yang bisa kita jalankan,” ujarnya.

Tips dan strategi tersebut adalah semangat ’get up’ atau bangkit, bangun mewujudkan mimpi, lalu ’change up’ atau berubah dari kebiasaan bermalasan menjadi produktif, kemudian ’moving up’ atau bergerak dalam menjalani aktivitas kreatif. Selanjutnya, ’show up’ atau tunjukkan kemampuan yang dimiliki, dan ’don’t ever give up’ atau jangan pernah menyerah jika menemui kegagalan memanfaatkan teknologi digital untuk mimpimu. “Kita pun perlu mengembangkan skill habit dan mindset (SHM) agar bisa produktif di era digital ini,” kata Frendy.

BACA JUGA:   Meresahkan Masyarakat, Begini Cara Menyikapi Hoaks

Skill berkaitan dengan berbagai kemampuan. Inovasi serta kemauan dalam belajar memaksimalkan penggunaan teknologi digital. Sedangkan habit berkaitan dengan tradisi dan motivasi dalam mengelola waktu, sementara mindset berkaitan dengan fokus positive thinking dan positive action dalam menciptakan produktivitas di era digital.

“Kecakapan digital menjadi modal penting bagi individu atau masyarakat agar dapat hidup produktif di era digital produktivitas di era digital. Sebagian besar ditentukan oleh bagaimana penggunaan digital dalam mengembangkan skill, habit dan mindset ini,” katanya.

Dalam menjaga produktivitas di era digital jangan lupa melakukan aspek keamanan, seperti proteksi perangkat digital. Sebab, merujuk laporan Security Endpoint Threat Report 2019, terungkap Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan Asia semenjak Covid-19.

“Dari malware yang ditemukan di Indonesia, berdasar laporan itu, sekitar 60 ribu serangan digital di antaranya bertema Covid-19,” kata Frendy.

Sehingga perlu proteksi perangkat keras meliputi pengamanan kata sandi, fingerprint authentication hingga mengganti kata sandi secara berkala. Sedangkan proteksi perangkat lunak perlu dilakukan pula meliputi find my device, backup data, pemakaian anti-virus yang selalu ter-update, melakukan enkripsi full disk, juga shredder.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Medsos, Bumerang Bagi Kesehatan Mental

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).