AELI Mengembangkan Experiential Tourism di Desa Wisata

Monday, 15 February 21 Bayu Hari
Sungai Cijulang, Selasari
Sungai Cijulang, Desa Selasari

Berbeda dengan aktivitas wisata pada umumnya, experiential tourism menawarkan konsep berwisata berbasis kearifan lokal dan berkelanjutan.

Asosiasi Experiential Learning Indonesia (AELI) sedang mengembangkan konsep experiential tourism di Desa Selasari, Parigi, Pangandaran. Rencananya konsep ini akan ditularkan ke desa-desa wisata lainnya di nusantara.

Menurut Ketua Umum AELI, Nurfahmi, experiential tourism merupakan produk turunan dari experiential learning berbasis pariwisata. “Konsep wisatanya bukan hanya dilakukan dengan cara melihat, tapi wisatawan diajak terlibat dalam berbagai aktivitas berbasis kearifan lokal, alam, budaya, dan lingkungan sehingga melahirkan pengalaman baru bagi para turis,” katanya.

BACA JUGA:   895 Ribu Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Indonesia pada Desember 2022

Lebih lanjut ia menjelaskan, desa wisata merupakan destinasi yang paling relevan untuk pengembangan experiential tourism. Kearifan lokal di masing desa wisata dapat digali oleh pelaku wisata lokal dan kemudian dikemas sebagai sebuah produk wisata.

Namun, untuk menggali potensi kearifan lokal dan mengemasnya sebagai produk wisata memang tak mudah. Pelaku pawisata lokal harus memiliki kompetensi experiential learning. “Untuk itu AELI akan melakukan program pendampingan teman-teman di desa wisata,” katanya.

BACA JUGA:   Strategi Indonesia Memikat Wisatawan Asia Tenggara

Sementara itu, pemilihan Desa Wisata Selasari sebagai destinasi pengembang experiential tourism dikarenakan memiliki potensi yang besar. “Desa ini memiliki banyak sungai yang bagus, ratusan goa, perbukitan hijau, dan hutan. Itu modal ketika dipadukan dengan mutan lokal seperti budaya, pertanian, perkebunan, dan peternakan,” katanya.