ASTINDO Minta Pemerintah Kaji Ulang Harga Tiket Pesawat

Thursday, 28 February 19 Bonita Ningsih
Harga Tiket Pesawat

Target pemerintah untuk meningkatkan pergerakan wisatawan lokal sepertinya akan sulit terlaksana. Rudiana, Wakil Presiden ASTINDO, mengatakan, hal tersebut terjadi lantaran saat ini tiket pesawat yang ditawarkan maskapai penerbangan terlalu tinggi untuk wisatawan lokal.

Rudiana membandingkan harga tiket pesawat pulang-pergi (PP) Jakarta-Manado lebih mahal dibanding tiket pesawat PP ke Jepang sehingga banyak wisatawan lokal yang lebih memilih berwisata ke Jepang dibandingkan ke Manado lantaran harga tiket pesawat yang ditawarkan jauh lebih murah.

“Tikep PP Jakarta ke Manado itu bisa mencapai Rp6,3 juta, padahal tiket PP ke Jepang cuma Rp5,4 juta. Orang akan pilih mana? Ya, Jepang, dong,” ujar Rudiana.

BACA JUGA:   Perkuat Pasar Asia Tenggara, Presiden Global Epson Kunjungi Indonesia

Apalagi, menurutnya, berlibur ke luar negeri itu memiliki nilai prestisius dibanding berlibur di dalam negeri. Padahal, harga yang ditawarkan lebih mahal wisata domestik dibanding wisata luar negeri.

“Biasanya kalau di bandara ada yang tanya dari mana? Dijawab dari Jepang. Terus tanya lagi ke orang sebelahnya, dari mana? Dijawab dari Manado, pasti langsung menyepelekan. Padahal, mahalan tiket ke Manado,” ujar Rudiana.

Selain harga tiket pesawat yang tinggi, saat ini beberapa maskapai domestik memberlakukan bagasi berbayar. Padahal, selama ini, bagasi berbayar sangat dihindari oleh para wisatawan.

“Banyak sekali orang di bandara yang mengeluh tentang bagasi berbayar ini. Ternyata banyak juga orang yang belum tahu terkait ini, sosialisasinya sepertinya masih kurang,” ujarnya.

BACA JUGA:   Rakernas PHRI 2021: Upaya Memulihkan Pariwisata Indonesia

Kurangnya sosialisasi ini, kata Rudiana, akan berakibat pada penuhnya kabin pesawat. Setiap orang akan memaksakan barang bawaannya untuk diselipkan ke kabin pesawat agar tidak terkena biaya bagasi.

“Jadi, semua barangnya dipas-pasin ke dalam tas, dan semuanya dipaksa masuk ke kabin. Apakah keamanan bandara sudah sigap? Nanti semuanya bisa masuk ke kabin karena tidak mau bayar bagasi,” ujar Rudiana.

Bahkan, Rudiana mempertanyakan apakah kebijakan bagasi berbayar itu sudah sesuai dengan Tarif Batas Atas (TBA) dari Kementerian Perhubungan atau belum. Dia menyayangkan jika pelaku maskapai penerbangan memberlakukan harga bagasi yang terlalu tinggi.

BACA JUGA:   AirAsia Indonesia Buka Tiga Rute Baru

“Misalnya, kalian pikir murah cuma Rp100.000 sekilonya. Tapi coba kalian hitung ada berapa kilo barang bawaannya? Kan ada tuh yang viral sampai bayar Rp5 juta untuk bagasi saja,” ujarnya lagi.

Untuk itu, Rudiana meminta kepada pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan-kebijakan tersebut. Hal ini dilakukan agar target meningkatkan jumlah wisatawan lokal tercapai.

“Jadi, memang semuanya harus dibarengi. Jangan cuma teriak-teriak doang pemerintah mau naikin jumlah wisatawan, tapi nyatanya malah lebih mahal biaya ke dalam negeri,” ucapnya.