CHSE: Upaya Menyelamatkan Pariwisata Nusantara

Friday, 27 November 20 Bayu Hari
CHSE Pariwisata

Panduan CHSE menjadi penangkal agar kegiatan pariwisata tak menjadi simalaka selama masa pandemi. Kemenparekraf pun masif menyosialisasikan program itu ke pelbagai destinasi di nusantara.

Oleh Bayu Hari 

Dari total kunjungan 16,1 juta wisman pada 2019,  sekitar 6,3 juta di antaranya memilih Bali sebagai destinasi tujuan wisata. Apabila per kunjungan rerata wisman menghabis dana USD1.200, maka pada tahun lalu Bali menyumbang devisa pariwisata sebesar USD7,560,000,000 atau senilai Rp106 triliun (kurs:14.000).

Alih-alih COVID 19 mewabah pada awal tahun 2020. Sektor pariwisata pun menjadi sektor yang paling merugi. Hal itu turut dirasakan Bali yang perekonomian sangat bergantung pada sektor pariwisata. Berdasarkan data BPS, pada periode Januari hingga Mei 2020, jumlah kunjugan wisman ke Pulau Dewata hanya 1.050.000 wisman. Terjun bebas dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

‘The show must go on’. Pariwisata Bali mencoba bangkit dari mati suri. Pada akhir Juli, Bali mulai membuka pintu untuk wisatawan dosmetik. Kebijakan ini diharapkan mampu memperpanjang napas pelaku pariwisata di Bali, sebelum keran kunjungan wisman kembali dibuka pada 2021.

BACA JUGA:   Bidang Akomodasi dan Kuliner Penyumbang Terbesar Pariwisata Indonesia

Agar tak menjadi buah simalakama, dibukanya kunjungan turis domestik ke Bali dibekali dengan panduan dan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Healty, Safety, Environmental Sustainability). Hal itu merupakan upaya pemerintah agar kegiatan pariwisata tak menjadi kluster penyebaran COVID 19.

Panduan dan sertifikasi CHSE pariwisata ini terbilang masif dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam beberapa bulan terakhir di seluruh destinasi wisata di nusantara. Tak hanya melalui webinar atau atau virtual event, sosialisasi CHSE pariwisata ini juga dilakukan secara offline dengan mengajak media dan influencer bertandang langsung ke sejumlah obyek wisata.

Terkait program sosialisasi CHSE pariwisata, Direktorat Pemasaran Regional 1 mengadakan program ‘Perjalanan Wisata Pengenalan Kembali ke Bali’. Terdiri dari kurang lebih 24 trip perjalanan (batch 1), Bali dipilih karena merupakan destinasi utama dan mengalami dampak terburuk gegara pandemi.

Untuk program tersebut, Kemenparekraf bekerjasama dengan Garuda Indonesia, sebagai Indonesia flag carrier. Tujuannya untuk membuktikan bahwa terbang ke sebuah destinasi itu aman dan nyaman karena telah mengikuti protokol kesehatan nasional maupun dunia.

BACA JUGA:   Garuda Indonesia Selenggarakan Sales Office Travel Fair 2017

Rasa aman dan nyaman terbang pada masa pandemi setidaknya dirasakan VENUE Magazine ketika mengikuti program ‘Kembali ke Bali; pada medio November lalu. Sebelum terbang, seluruh penumpang diwajibkan membuat surat keterangan kesehatan non reaktif COVID 19 yang kemudian akan diverifikasi di bandara dan saat masuk kabin pesawat. Selain itu, para penumpang pesawat juga wajib mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan Kementerian Kesehatan (E-HAC).

Garuda Indonesia juga membekali awak kabin dengan APD lengkap, menerarapkan physical distancing dengan membatasi kapasitas penumpang, meals terjagan higienitasnya dan tertutup aman sampai ke tangan penumpang. Terpenting terdapat HEPA filter yang mampu  membunuh bakteri sehingga sirkulasi udara kabin pesawat tetap bersih dan sehat. 

Pengecekan suhu tubuh dan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak) juga diterapkan di seluruh publik area, mulai dari bandara, lobby hotel, pasar, restoran, hingga obyek wisata.

Dengan penerapan CHSE pariwisata di sejumlah destinasi wisata, diharapkan timbul kepercayaan turis untuk kembali berwisata pasca pandemi. “Selain untuk menggerakkan kembali ekonomi Bali, kegiatan ini juga untuk mengedukasi masyarakat atau wisatawan yang ada di destinasi wisata agar tetap menerapkan protokol CHSE,” kata Ridwan Belu, selaku perwakilan dari Kemenparekraf.

BACA JUGA:   Plataran Indonesia Gelar Acara Intimate Venue Collection di Tiga Kota

Untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata dari mati suri, banyak negara memulainya dengan menggarap pasar wisatawan domestik, termasuk Indonesia. Tak ayal pergerakkan wisatawan domestik – yang tahun lalu mencapai lebih dari 250 juta perjalanan – tak lagi dipandang sebelah mata, termasuk bagi Bali. 

Ketika VENUE Magazine mengunjugi sejumlah obyek wisata di Bali, semisal Taman Ayun, Pura Ulun Danu Brantan, Pura Goa Gajah, dan kawasan Pantai Jimbaran sudah mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik. Mafhum untuk memikat wisatawan domestik, para pelaku pariwisata di Bali banyak yang memberikan paket promo menarik.