Menyusul akan dilakukannya pemulihan pariwisata Indonesia pasca-pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi Bali berharap pembukaan pariwisata Bali tidak dilakukan secara serentak. Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) seusai menggelar Rakor Persiapan Pemulihan Pariwisata di Bali di ruang rapat Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, 14 Mei 2020.
“Mengingat banyak wisatawan yang sudah sangat rindu dengan Bali, kita bisa buka ITDC di Nusa Dua terlebih dahulu. Mengingat di sana secara fisik sudah terisolasi dan jauh dari permukiman dan dengan fasilitas yang sudah lengkap,” ujar Cok Ace.
Cok Ace menambahkan, jika tren COVID-19 di seluruh dunia sudah 0%, maka bisa dibuka secara bertahap beberapa spot wisata di Bali, seperti Tanah Lot atau Monkey Forest di Ubud. “Sebagai catatan, pembukaan spot tersebut tidak diikuti dengan pembukaan area di sekitarnya, untuk memaksimalkan social distancing terlebih dahulu,” ujarnya.
Ni Wayan Giri Adnyani, Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, dengan pertimbangan dampak besar yang diterima Bali sebagai destinasi utama pariwisata Indonesia, maka perlu segera dilakukan langkah-langkah yang cepat dan tepat untuk memulihkan seluruh destinasi pariwisata yang terdampak.
Untuk itu, Kementerian Pariwisata telah membuat program yang dibagi menjadi dua periode, yaitu bulan Juni-Oktober disebut sebagai gaining confidence yang mencakup persiapan dan revitalisasi destinasi, perencanaan program promosi, serta bantuan terhadap para pelaku pariwisata.
Sementara mulai Oktober 2020 disebut sebagai appealing, yaitu pembukaan destinasi pariwisata secara bertahap dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, promosi, penyelenggaraan event dan MICE Roadshow, serta media campaign sehingga pada tahun 2021 diharapkan pariwisata Indonesia bisa normal kembali.
Selain itu, Kementerian Pariwisata juga telah merumuskan program CHS (Cleanliness, Health, Safety) sebagai tagline pariwisata pasca-pandemi COVID-19. “Saat ini kita memasuki dunia yang new normal, segala kebiasaan baru yang dulunya tidak dianggap normal saat ini menjadi normal. Untuk itu implementasi CHS sangat tepat dilakukan sekarang,” jelas Ni Wayan Giri.
Bali dijadikan proyek percontohan program CHS karena provinsi ini menjadi yang terbagus dalam menekan dan mengatasi pandemi Covid-19. Keberhasilan Bali sebagai provinsi yang mampu mengendalikan virus dan telah mendapatkan apresiasi oleh Gugus Tugas Nasional ini juga bisa dijadikan nilai jual untuk pariwisata Indonesia, khususnya Bali.
Cok Ace sangat mengapresiasi program Kementerian Pariwisata, apalagi Bali menjadi prioritas bersama dengan tiga provinsi lainnya. Ia juga setuju mengangkat keberhasilan Bali dalam menangani COVID-19 sebagai salah satu promosi pariwisata. “Ini bisa meyakinkan wisatawan untuk datang ke Bali,” ujarnya.
KOMENTAR
0