Dampak Negatif Ketergantungan Bali Terhadap Pariwisata

Monday, 31 July 23 Harry
trisno nugroho ketua bank indonesia bali

Pepatah yang mengatakan bahwa jangan menaruh semua telur di satu keranjang ada benarnya juga. Pasalnya, apabila keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang dimiliki akan hilang. Hal tersebut juga berlaku di sektor pariwisata.

Trisno Nugroho, Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali, mengatakan, kontribusi sektor pariwisata di Bali terhadap PDRB mencapai 53,65 persen.

“Itu tidak boleh karena begitu mendominasi. Idealnya antara 20 persen sampai 25 persen. Thailand saja kontribusi sektor pariwisatanya hanya 17 persen,” ujar Trisno.

Ketergantungan Bali terhadap sektor pariwisata akan menjadi bencana bagi pendapatan masyarakat apabila terjadi suatu hal yang menghalangi wisatawan untuk datang ke Bali, seperti pandemi COVID-19, bencana alam, atau lain sebagainya.

Saat ini, Bali memiliki 9 kabupaten dan kota. Menurut Trisno, dari 9 kabupaten dan kota tersebut, hanya 3 yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata, yakni kota Denpasar, kabupaten Badung, dan kabupaten Gianyar. Sementara sisanya masih bergantung pada sektor pertanian.

BACA JUGA:   Kongres APAO 2024 Memberi Dampak Ekonomi Sebesar Rp250,4 Miliar

Karenanya, ketika terjadi pandemi COVID, ketiga kota dan kabupaten tersebutlah yang mengalami dampak terbesar hingga pertumbuhan ekonominya minus pada 2020 dan 2021.

Salah satu cara untuk diversifikasi produk yang ditawarkan Bali adalah dengan MICE. Pasalnya, turis MICE memberikan dampak sekitar 3 sampai 7 kali lipat dibandingkan turis leisure. Artinya, Bali tidak menggantungkan lagi pada mass tourism. Dengan turis MICE, jumlah wisman yang datang sedikit, tapi dampak yang diberikan lebih banyak.

Diversifikasi produk dan juga mengurangi mass tourism erat kaitannya dengan sustainable tourism.

“Saat ini, kebutuhan seperti beras dan bawang untuk Bali didatangkan dari Jawa Timur. Seharusnya mengambil dari 6 kabupaten lain di Bali sehingga menciptakan dampak sustainable,” ujar Trisno.

BACA JUGA:   Pemerintah Alokasikan Rp1,2 Triliun untuk Menarik Investor Pariwisata

Hingga Q1 2023, sektor ekonomi Bali telah tumbuh 6,04 persen, setelah 2 tahun sebelumnya, yaitu 2020 dan 2021, ekonominya minus 9 persen dan minus 3 persen.

“Sejak 2022 sudah mulai positif pertumbuhan ekonominya. Tapi, proyeksi di akhir tahun 2023 sepertinya belum akan menyamai pencapaian tahun 2019,” ujar Trisno.

Menurut Trisno, saat ini Bali baru pulih sekitar 85 persen. Salah satu penyumbang wisman terbesar adalah saat Bali menjadi tuan rumah KTT G20 pada 2022.

“KTT G20 berhasil memberikan dampak perekonomian hingga 1,1 persen. Itu sangat besar karena hanya dari 1 event saja,” ujar Trisno.

BACA JUGA:   Kemenparekraf Percepat Program Digitalisasi Bagi Pelaku Ekraf

Keberhasilan Bali menjadi tuan rumah G20 dirasakan dampaknya pada tahun ini. Jumlah kunjungan wisatawan ke Bali terus naik per harinya, dari 12.000 orang per hari kedatangan di Bandara Ngurah Rai, kini telah mencapai 18.000 kedatangan per hari.

“Siklus kunjungan wisatawan ke Bali mulai terdisrupsi. Biasanya akhir tahun sampai awal tahun jumlah turis tinggi, terus turun. Tapi sekarang jumlah wisatawan terus naik. Tidak ada low season sekarang,” ujar Trisno.